SELAMAT DATANG DI WEBSITE PAC. IPNU-IPPNU PUJON "Semoga Bermanfaat

LAMBANG dan MOTTO

lambang IPNU-IPPNU yang ber motto belajar, berjuang dan mengabdi.

IPNU-IPPNU PUJON

IPNU-IPPNU siap untuk melestarikan Alam kapanpun dan dimanapun berada.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 30 Desember 2011

Foto Kegiatan MAKESTA

Posted by Pelajar Pujon 15.30, under | No comments















Kamis, 29 Desember 2011

Haluan Aswaja NU

Posted by Pelajar Pujon 23.37, under | No comments

Para pendiri NU yang diorganisir oleh Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari, KH. A. Wahab Chasbullah, KH. Bisri Syansuri, KH. Kholil Bangkalan, dan ulama nusantara lainnya ternyata telah berpikir begitu maju melampaui masa mereka sendiri. Di mana gagasan utama manhaj pengorganisasian NU yang mereka dirikan ditetapkan berhaluan Islam keagamaan Ahl as-Sunnah wa al-Ja­ma­ah (Aswaja).

Nahdlatul Ulama (NU) sejak berdirinya merupakan organisasi sosial ke­agamaan yang tidak pernah lepas dari corak keagamaan Aswaja atau Sunni. Organisasi ini secara tegas memproklamirkan dirinya se­­ba­gai penganut setia paham keagamaan Aswaja sebagai pola kehidupannya. Apalagi jika ditelusuri lebih jauh, para penggagas berdirinya or­­ga­­ni­sasi ini memiliki jaringan mata rantai yang kuat dengan para ulama Hara­main pada masa kekuasaan Turki Utsmani yang notabene berhaluan Sunni.

Aswaja pada hakikatnya adalah ajaran Islam yang diajarkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya. Oleh karena itu sesungguhnya secara embrional Aswaja sudah muncul sejak Islam itu sendiri. Menurut terminologi ini, sebenarnya penganut paham Sunni tidak hanya NU saja, melainkan hampir semua umat Islam. Namun demikian, Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari menggariskan batasan terminologi Aswaja sebagaimana tertulis dalam Qanun Asasi sebagai pengikut salah satu dari empat imam mazhab fikih, yaitu Hanafi, Maliki, Hambali dan Syafi’i.

Ajaran Aswaja yang dikembangkan oleh NU berporos pada tiga ajaran pokok, yaitu dalam bidang ‘aqidah mengikuti Abu Hasan al-Asy’ari dan Abu Mansur al-Maturidi, dalam bidang fikih mengikuti salah satu mazhab fikih yang empat dan dalam bidang tasawuf mengikuti Abu Hamid al-Ghazali dan al-Juwaini. Hal ini tentu berbeda dengan kelompok Islam modernis yang tidak membenarkan segala bentuk tarekat yang mengajarkan asketisme dan pengulangan bacaan-bacaan dzikir. Sebaliknya, para kiyai menganggap bahwa praktek-praktek tarekat merupakan salah satu inti ajaran dan praktek ritual dalam Islam.

Formulasi pemahaman keagamaan Aswaja sebagaimana yang dikembangkan NU menyangkut tiga bidang, yaitu Aqidah, Fikih dan Tasawuf, mengidealkan pada kerangka pemahaman keagamaan yang komprehensif. Ketiganya merupakan satu kesatuan sistem ajaran yang integral dan saling mengisi.



Fikrah Nahdliyyah
Paradigma keagamaan Ahl as-Sunnah wa al-Ja­ma­ah yang dianut oleh NU ini dirumuskan para ulama ke dalam fikrah nahdliyyah (landasan berpikir) berikut:  moderat (mutawassith), adil (i’tidal), seimbang (tawazun), musyawarah (tasyawur), dan toleransi (tasamuh) dan sebagainya. Istilah-istilah ini begitu Qurani dan berangkat dari nilai-nilai kehidupan Islam yang begitu mulia serta sangat relevan dikembangkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan beragama sepanjang sejarah. Sebab, di dalamnya mengandung genuine Islam yang rahmatan lil ’alamin (berlaku universal).

Mutawassith (tawassuth) atau garis tengah adalah cara membawakan atau menampilkan agama yang kontekstual, sedangkan i’tidal adalah menyangkut kebenaran kognitifnya. Jadi tawassuth dan i’tidal merupakan pengertian terhadap Islam yang tepat dan benar, kemudian dibawakan atau ditampilkan di tengah-tengah masyarakat dengan metodologi yang tepat pula. Dengan kata lain tawassuth dan i’tidal sebagai suatu sikap yang mengambil posisi di tengah, tetapi jalannya lurus.

Dalam implementasinya di tengah-tengah masyarakat NU menggunakan tiga pendekatan: Pertama, Fikih Ahkam, dalam rangka menentukan hukum fikih dan ini berlaku bagi umat yang sudah siap melakukan hukum positif Islam (umat ijabah). Jadi, ini untuk mereka yang sudah mapan keislamannya. Kedua fikih dakwah, dalam rangka mengembangkan agama di kalangan masyarakat luas yang masih awam terhadap Islam. Pengembangannya lewat bimbingan dan pembinaan (guidance and counceling) secara terus menerus. Pendekatan dakwah ini, untuk memperbaiki orang dari kejelekannya. Ketiga, fikih siyasah, bagaimana membawakan hubungan agama dengan politik, dan kekuasaan negara serta hubungan internasional. Pendekatan politik ini, adalah cara menerapkan Islam sebaik-baiknya dalam konteks kenegaraan dan kebangsaan sehingga tidak menimbulkan kontradiksi yang tidak diperlukan.

Menegakkan ta’adul dalam Islam adalah suatu kewajiban dalam seluruh tingkat dan aspek kehidupannya. Prinsip ini mengandung makna ketidakberpihakan yang berat sebelah atau melakukan perbedaan yang inkontitusional menurut hukum yang berlaku. Keadilan juga merupakan keselarasan sikap antara pandangan dan kenyataan.

Tawazun atau keseimbangan menyiratkan sikap dan gerakan moderasi. Sikap tengah ini mempunyai komitmen kepada masalah keadilan, kemanusiaan dan persamaan dan bukan berarti tidak mempunyai pendapat. Artinya sikap NU tegas, tetapi tidak keras – sebab senantiasa berpihak kepada keadilan, hanya saja berpihaknya diatur agar tidak merugikan yang lain. Tawazun merupakan suatu bentuk pandangan yang melakukan sesuatu secukupnya, tidak berlebihan dan juga tidak kurang, tidak ekstrim dan tidak liberal.

Musyawarah (tasyawur) dan toleransi (tasamuh) adalah bagian dari nilai etika sosial Islami. Umat Islam harus menampilkan wajah damai dan mewadahi upaya pencarian solusi terhadap seluruh persoalan yang dihadapi masyarakat, negara dan agama. Ini adalah gerakan moral yang menjunjung tinggi martabat kemanusiaan yang majemuk.

Musyawarah dalam Islam tidak hanya dinilai sebagai prosedur pengambilan keputusan yang direkomendasikan, tetapi juga merupakan tugas keagamaan (wa syawirhum fi al-amr: Ali Imran ayat 159). Dengan bermusyawarah akan tercipta kehidupan demokratis, terbuka dan menganggap orang lain dapat memberikan alternatif dalam memutuskan persoalan yang dihadapi sehingga terjalin kehidupan yang dinamis.

Dengan tasamuh umat Islam diharapkan dapat berpikir dan bersikap tidak melakukan diskriminasi atas dasar perbedaan suku bangsa, harta kekayaan, status sosial, dan atribut-atribut keduniaan lainnya. Itulah sebabnya Islam mencabut akar-akar fanatisme Jahiliyah yang saling berbangga diri dengan agama (keyakinan), keturunan, dan ras.

Melalui prinsip-prinsip tersebut, NU selalu mengambil posisi sikap akomodatif, toleran dan menghindari sikap ekstrim dalam berhadapan dengan spektrum budaya apapun. Sebab paradigma Aswaja di sini mencerminkan sikap NU yang selalu dikalkulasikan atas dasar pertimbangan hukum yang bermuara pada aspek mashlahah dan mafsadah. Inilah nilai-nilai yang melekat di tubuh NU yang menjadi penilaian dan pencitraan Islam rahmatan lil ‘alamin di mata dunia.



Tantangan Nahdliyyin di Sumut
Seperti diketahui, sejak agama Islam masuk ke Sumatera Utara sampai awal abad ke-21 dewasa ini, umat Islam di daerah ini hanya mengenal paham Ahlu Sunnah wa al-Jamaah dengan corak pemahaman keagamaan tradisional. Corak pemahaman Umat Islam sangat akrab dengan pengajaran sifat dua puluh (konsep tauhid Abu Hasan Al-Asy’ari), beribadah dengan mengikuti mazhab besar Islam (Imam Syafi`i), serta mengamalkan tasawuf (tariqat mu’tabarah). Sampai sekarang umat Islam Sumatera Utara yang disebut “kaum tua” ini masih merupakan mayoritas menganut paham Aswaja.

Namun sejak awal abad 20 pengikut Aswaja mulai digugat oleh kelompok sempalan. Aqidah dan pengamalan mereka diklaim tidak lurus, seolah sarat kesyirikan dan bid’ah, sangat tradisional, tidak peduli perkembangan sains dan teknologi, buta politik, tidak memiliki gairah memajukan dunia, dan banyak lagi tuduhan negatif lainnya.

Pada di sisi lain pengikut Aswaja juga banyak mengalami persoalan internal. Sebagian besar mereka tidak paham doktrin Aswaja, mereka hanya sebagai pewaris kultur Aswaja tanpa disertai pengetahuan yang memadai. Basis organisasi dan politik pengikut Aswaja ini juga tidak kukuh, karena tidak memiliki pemimpin kharismatik dan tidak dikelola dengan manejemen yang rapi. Mayoritas pengikut Aswaja -- yang mayoritas tinggal di pedesaan -- juga berada pada garis kemiskinan, tidak memiliki akses yang memadai pada sumber-sumber ekonomi dsb.

Sepertinya, pengikut Aswaja di daerah Sumut ini tidak berdaya dan tidak memiliki daya tawar untuk melawan arus ideologi, faham keagamaan, dan gerakan politik yang terus menyebar agitasi. Karena ketidakberdayaan itu, mereka seolah bungkam seribu bahasa; pengikut Aswaja menjadi silent majority yang suaranya nyaris tidak terdengar, dan aspirasinya lenyap di tengah hiruk-pikuk modernisasi; mereka ditinggalkan setelah kelompok-kelompok kepentingan mendapatkan apa yang dicita-citakannya.

Maka di usia NU yang ke-85 ini NU harus berbenah diri dan kembali ke Khittah tahun 1926 untuk berkhidmat kepada umat dan bangsa melalui tradisi ulama dan pesantren. Lahan garapan NU sejauh ini sudah sangat jelas, para ustadz pesantren, guru madrasah, pemberdayaan masjid dan lainnya. Program yang disusun hendaknya selalu merujuk kepada kebutuhan warga NU dan masyarakat dengan membangun sinergi bersama lembaga dan banom di dalam NU.

Selama ini ada kesan bahwa NU bukan lagi organisasinya anggota, tetapi organisasi para pengurus. Anggapan itu terjadi karena banyak fungsionaris organisasi yang tidak berkhidmat pada umat, tetapi hanya menggunakan organisasi untuk memenuhi kepentingannya sendiri. Kalaupun ada perilaku sejumlah orang yang seperti itu tetapi kehadiran NU sebagai organisasi milik warga, milik umat tidak bisa dipungkiri. Bisa kita saksikan setiap menjelang ada kegiatan besar, baik Harlah, Munas Alim Ulama apalagi Muktamar, hampir seluruh warga nahdliyin baik yang pengurus, para ulama, para warga biasa hingga para simpatisannya berpikir keras, bersuara pentingnya perbaikan dan penataan NU untuk mengantisipasi masa depan yang lebih baik.

Biasanya setahun menjelang muktamar berbagai pemikiran ke-NU-an telah bermunculan, baik melalui diskusi-diskusi, seminar hingga lokakarya, hal itu terjadi di semua tingkatan, mulai anak cabang di kecamatan, di level cabang, wilayah hingga pengurus besar. Semuanya peduli terhadap masa depan NU, mereka berpikir dan bertindak tanpa disuruh dan tentu saja tidak bisa dilarang, tetapi semuanya sepakat untuk tetap mempertahankan kebesaran NU. Semuanya itu menunjukkan bahwa komitmen warga NU terhadap NU masih sangat besar. Memang perkembangan ini sempat menggusarkan beberapa pengurus NU, tetapi perkembangan ini sebenarnya sangat positif untuk mengukur komitmen mereka pada organisasi ini.


Harapan di  Usia 85 Tahun
Pada dasarnya muhasabah Nahdliyyin tahun 2011 ini meliputi tiga hal besar yaitu: Pertama, menegaskan NU sebagai organisasi pembela Aswaja, sebagai sebuah madzhab Islam yang luas dan moderat, yang telah berkelindan dengan nilai kenusantaraan, sehingga memiliki akar dengan tradisi dan budaya setempat. Hal itu yang membuat agama ini diterima sebagai warisan bukan sebagai cangkokan.

Kedua, karena Islam Aswaja memiliki akar kultural maka dengan sendirinya memiliki spirit kebangsaan yang sangat kuat, sehingga keduanya susah dipisahkan. Karena itu, ketiga, membenahi NU itu sama dengan membenahi negara dan bangsa ini secara keseluruhan, apalagi sebagian besar warga negara Indonesia adalah warga NU.

Dengan posisi sosial seperti itu maka wajar kalau NU selalu menjadi pemikiran dan perbincangan warganya maupun pihak lain, karena NU memiliki kekuatan yang nyata dalam kehidupan bangsa ini. Hanya saja belakangan ini, ketika sistem politik liberal diterapkan, yang berakibat memudarkan seluruh ikatan sosial dan tata nilai yang selama ini berkembang membuat semua organisasi dan institusi sosial yang ada mengalami kepudaran, termasuk NU. Mengingat adanya kondisi seperti itu kalangan NU tidak berhenti mengingatkan akan bahaya tersebut, yang akan menggerogoti komitmen keislaman dan ke-NU-an termasuk komitmen kebangsaan.

Semuanya ini telah terjadi karena itu kalangan ulama dan intelektual terus-menerus mengingatkan bahaya ini, tidak hanya untuk menyelamatkan NU tetapi juga untuk menyelamatkan eksistensi bangsa Indonesia. Bila bangsa ini kehilangan karakter, maka akan kehilangan identitas, bila telah kehilangan identitas, maka akan kehilangan kedaulatan, kekuasaan dan kesejahteraan, sebab semuanya akan direbut oleh kekuatan lain  yang memang ingin menjajah kembali negeri ini baik secara mental maupun secara politik.

PANDUAN LAKMUD

Posted by Pelajar Pujon 22.43, under | No comments


II. LATIHAN KADER MUDA(LAKMUD)

A. Materi Pelatihan
1.   Perkenalan
a.    Pokok bahasan :
  Perkenalan identitas peserta dan pelatih, seperti  nama, alamat, status, hobbi dll.
b.    Tujuan :
1.    Tercapainya suasanan interaksi yang hangat, akrab dan saling terbuka diantara sesama peserta dan antara peserta dan Pelatih, sehingga memungkinkan berlangsungnnya kegiatan pelatihan yang partisipatif.
2.    Tercapainya suasana yang membantu peserta untuk saling membuka diri dan saling memahami, sehingga mempermudah proses interaksi antara sesama peserta pada acara-acara berikutnya.
c.    Metode :
Permainan kartu bergambar
d.    Media :
1.    Kertas manila
2.    Pulpen
3.    Kertas plano dan spidol
e.    Waktu :
120 menit
f.    Proses kegiatan :
1.    Peserta duduk melingkar tanpa ada yang menghalangi.
2.    Pelatih menerangkan maksud dari materi perkenalan ini, setelah itu membagikan kertas kepada setiap peserta.
3.    Setiap peserta menggambarkan dirinya dalam bentuk apapun (sketsa, lukisan, kata-kata, dll) kedalam kertas itu, misalnya nama, tempat tinggal, pekerjaan, orang-orang disekitarnya, hobi dsb. Gambar tidak harus bagus yang penting kita dapat mengetahui sesuatu tentang orang yang menggambarkannya.
4.    Setelah selesai, semua kertas dikumpulkan menjadi satu, masing-masing peserta mengambil satu kartu lalu dia harus menebak gambar itu milik siapa dan menceritakan apa yang dilihat dalam kartu tersebut.
5.    yang merasa membuat kartu tersebut dipersilahkan kedepan untuk menambah keterangan gambarnya.
6.    Peserta lain diharapkan mengajukan pertanyaan mengenai gambar tersebut. Begitu seterusnya sampai semua kartu peserta terbacakan.
7.    Pelatih melalui pertanyaan-pertanyaan intensif merangsang tiap peserta uantuk bercerita mengenai dirinya sendiri.
8.    Setelah selesai semua untuk perkenalan, pelatih menjelaskan arti permainan tadi kemudian menutup acara.


2.  Pre-test
a.    Pokok bahasan :
1.    Pengetahuan tentang organisasi IPNU, NU (Aswaja) serta organisasi pelajar yang lain.
2.    Pengalaman organisasi :
    Pelatihan yang pernah diikuti
    Organisasi yang pernah diikuti
3.    Keinginan diri:
    Tujuan dan harapan mengikuti Lakmud
    Tujuan dan harapan menjadi anggota IPNU
 b. Tujuan :
1.    Mengetahui sejauh mana pengetahuan dasar peserta tentang IPNU, NU serta organisasi pelajar yang lain.
2.    Mengetahui  keinginan dan harapan peserta dalam mengikuti pelatihan ini
c. Metode :
1. Angket
2. Brainstorming
d. Media:
1.    Kertas Manila (3 warna)
2.    Kertas Plano
3.    Spidol
e. Waktu:
Alokasi waktu 60 menit
f. Proses kegiatan :
1.    Pelatih membagikan 3 kartu warna (merah,  kuning, hijau) yang telah terisi dengan beberapa pertanyaan kepada setiap peserta.
2.    Pelatih memberikan waktu selama 15 menit untuk menyelesaikan  jawaban dimasing-masing kartu.
3.    Setelah semua selesai, Pelatih meminta kepada peserta untuk mengumpulkan semua jawaban kedepan sesuai dengan warna kartu.
4.    Pelatih mengidentifikasi kartu-kartu tersebut sesuai dengan kategorinya masing-masing.
5.    Setelah teridentifikasi berdasarkan kategorinya, Pelatih memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanggapi .
6.    Kegiatan pada point 5 dan 6 dilakukan untuk 3 kertas warna, dimasing-masing kertas warna yang sama.
7.    Pelatih menyimpulkan hasil dari kegiatan tersebut setelah itu menutup acara.

3.   Analisa Diri
a.    Pokok bahasan :
Mengenal diri, atau akan keinginan diri, sadar akan kekurangan dan kelebihan diri dan orang lain serta sadar akan perlunya keterbukaan.

b.    Tujuan :
Agar peserta dapat lebih rendah hati, setiap orang menghargai kekurangan dan kelebihan masing-masing, yang akhirnya menciptakan suasana terbuka diantara semua peserta.
c.    Metode :
1.    Role play
2.    Brainstorming
d.    Media :
1.     Kertas plano dan spidol
2.    OHP
e.    Waktu :
 Alokasi waktu 120 menit
f.    Proses Kegiatan
a.    Pelatih menjelaskan sekilas tentang esensi materi analisa diri.
b.    Selanjutnya pelatih membuka dengan cerita atau contoh kasus seorang yang  mau mengenal diri sendiri dan tidak mengenal diri sendiri. Orang yang mampu mengenal diri sendiri terbuka untuk melihat kelemahan dan kekuatan diri sendiri maupun orang lain.
c.    Hal ini terkait dengan keinginan kita dalam berproses di suatu organisasi. Oleh karena itu selanjutnya pelatih menanyakan kepada peserta apakah kita perlu mengenal diri kita sendiri.
d.    Selanjutnya pelatih mengajak peserta untuk melakukan analisa diri dengan menggunakan “spiral pertumbuhan”.
e.    Dalam penjelasan spiral pertumbuhan ini pelatih menjelaskan tahap demi tahap dengan disertai beberapa contoh kasus.

4.    Kontrak Belajar
a.    Pokok bahasan
1.    Garis besar dan pokok-pokok materi latihan
2.    Kebutuhan serta harapan pribadi dan kelompok tentang pelatihan serta perangkat pelatihan
3.    Jadwal tentatif dan tata tertib latihan
b.    Tujuan
1.    Peserta mampu mengidentifikasi dan merumuskan kebutuhan terhadap materi latihan
2.    Peserta dan pelatih menetapkan kesepatakan bersama tata cara pelaksanaan latihan
c.    Metode
1.    Diskusi
2.    Brainstorming
d.    Media
Papan tulis white board
Spidol dan kertas plano
Flep card
e.    Waktu :
90 menit efektif
f.    Proses kegiatan
1.    Pelatih menjelaskan tentang tujuan dan target lakut secara singkat. Demi terlaksananya pelatihan yang partisipatif maka, partisipasi dan peran aktif seluruh peserta sangat dibutuhkan. Oleh karena itu kesepakatan pelatihan harus dibuat bersama-sama
2.    Pelatih membagi kartu kepada seluruh peserta, kemudian peserta menuliskan harapan dan kebutuhan selama proses pelatihan.
3.    Pelatih mengidentifikasi kartu-kartu peserta sesuai dengan kategorinya dengan cara menempelkan kartu tersebut di papan.
4.    Selanjutnya pelatih dan peserta membahas aturan main tentatif pelatihan
5.    Pelatih menutup acara
5.  Ke-IPNU-an
a.    Pokok Bahasan :
1.    Tinjauan sosiologis dan strategis kelahiran IPNU
2.    Peristiwa-peristiwa dan keputusan penting dari kongres ke kongres
3.    Kebijakan-kebijakan strategis IPNU kedepan
4.    Posisi dan peran IPNU dalam konteks kepelajaran dan konteks kemasyarakatan.
b.     Tujuan :
1.    Mengetahui kelahiran IPNU secara sosiologis dan strategis
2.    Mengetahui perjalanan IPNU dari kongres ke kongres dengan keputusan pentingnnya.
3.    Memahami kebijakan strategis IPNU ke depan
c.    Metode :
1.    Ceramah
2.    Dialog
3.    Brainstorming
d.    Media :
1.    OHP
2.    Kertas plano dan spidol
e.    Waktu :
90 menit
f.    Proses Kegiatan
1.    Pelatih membuka acara, kemudian menjelaskan secara singkat tentang materi yang akan dibahas sesuai dengan pokok bahasan.
2.    Pelatih memperkenalkan nara sumber, selanjutnya pelatih mengadakan warming up (pemanasan) dengan cara memberikan pertanyaan seputar materi sesuai dengan pokok bahasan. Hal ini dilakukan untuk mengukur tingkat pengetahuan peserta terhadap materi yang bersangkutan, sehingga nara sumber dapat mempertajam pemaparan materi sesuai dengan kadar pengetahuan peserta.
3.    Pelatih mempersilahkan kepada nara sumber untuk memaparkan materi, dilanjutkan dengan dialog.
4.    Pelatih mengulas secara garis besar pokok hasil dialog, selanjutnya pelatih mempersilahkan kepada nara sumber meninggalkan ruangan, kemudian diakhiri dengan penutup.
6. Ke-NU-an
a.     Pokok bahasan :
1.    Pengertian mabadi' Khoiru ummah
2.    Pengertian panca gerakan NU
3.    Pengertian khittoh NU
4.    Analisa NU dalam perkembangan/dinamika perjuangan
b.    Tujuan :
1.    Mengerti dan memahami mabadi’ khoiro ummah serta 5 gerakan NU
2.    Mengerti dan memahami khittoh NU serta bagaimana menerapkannya.
c.    Metode :
1.    Ceramah dan tanya jawab
2.    Brainstorming
3.    Diskusi
d.    Media :
1.    OHP
2.    Kertas planodan  spidol
e.    Waktu :
90 menit
f.     Proses kegiatan :
1.    Pelatih membuka acara kemudian memberikan  penjelasan singkat tentang pokok bahasan materi, selanjutnya pelatih mengadakan brainstorming sekitar pokok bahasan materi.
2.    Pelatih membacakan biodata nara sumber, selanjutnya mempersilahkan narasumber  menyampaikan materi di lanjutkan dengan dialog.
3.    Pelatih mengarahkan menuju kesimpulan, kemudian mempersilahka nara sumber meningalkan  ruangan.
4.    Selanjutnya membagi peserta dalam beberapan kelompok diskusi, kemudian dipersilahkan peserta untuk mendiskusikan beberapa pokok masalah yang diberikan oleh pelatih.
5.    Hasil diskusi dipresentasikan di depan forum dipandu pelatih.
6.    Kemudian pelatih mengulas garis besar hasil diskusi yang diakhiri dengan penutup.

7.  ASWAJA
a.     Pokok bahasan :
1.    Pengertian madzhab dan sistem bermadzhab
2.    Pengertian Taqlid, Ittiba', Ijtihad dan istinbath dalam NU.
3.    Memahami karakteristik 4 madzhab pada masalah fiqih
4.    Pandangan aswaja terhadap jihad
b.    Tujuan :
1.    Memahami pengertian madzhab dan sistem bermadzhab
2.    Memahami tentang taqlid, ittiba’, ijtihad dan istinbath dalam NU serta aplikasinya dalam kehidupan
c.    Metode :
1. Ceramah dan tanya jawab
2. Brainstorming
3.    Diskusi
d.    Media :
1.    OHP
2.    Kertas plano dan spidol
e.       Waktu :
      Alokasi waktu 90 menit
f.       Proses kegiatan :
1.    Pelatih membuka acara kemudian memberikan  penjelasan singkat tentang pokok bahasan materi, selanjutnya pelatih mengadakan brainstorming sekitar pokok bahasan materi.
2.    Pelatih membacakan biodata nara sumber, selanjutnya mempersilahkan narasumber  menyampaikan materi di lanjutkan dengan dialog.
3.    Pelatih mengarahkan menuju kesimpulan, kemudian mempersilahka nara sumber meningalkan  ruangan.
4.    Selanjutnya membagi peserta dalam beberapan kelompok diskusi, kemudian dipersilahkan peserta untuk mendiskusikan beberapa pokok masalah yang diberikan oleh pelatih.
5.    Hasil diskusi dipresentasikan di depan forum dipandu pelatih.
6.    Kemudian pelatih mengulas garis besar hasil diskusi yang diakhiri dengan penutup

8. Tradisi Perilaku Keagamaan NU
a.         Pokok bahasan :
1.    Tradisi NU, pengertian dan dasar hukumnya  (tahlil, qunut, diba'iyah, ziarah kubur, haul, tarawih 20  rakaat, adzan 2 dlm jumat, talqin dll)
2.    Fadzilah dan penerapannya
3.    Khilafiyahnya
b.    Tujuan :
Mengerti dan memahami tradisi NU serta dasar hukumnya berikut fadzilah dan penerapannya
c.    Metode :
1.    Ceramah
2.    Dialog
d.    Media :
1.    OHP
2.    Kertas plano dan spidol
e.     Waktu :
Alokasi waktu 90 menit
f.     Proses kegiatan :
1.    Pelatih membuka acara, kemudian menjelaskan secara singkat tentang materi yang akan dibahas sesuai dengan pokok bahasan.
2.    Pelatih memperkenalkan nara sumber, selanjutnya pelatih mengadakan warming up (pemanasan) dengan cara memberikan pertanyaan seputar materi sesuai dengan pokok bahasan. Hal ini dilakukan untuk mengukur tingkat pengetahuan peserta terhadap materi yang bersangkutan, sehingga nara sumber dapat mempertajam pemaparan materi sesuai dengan kadar pengetahuan peserta.
3.    Pelatih mempersilahkan kepada nara sumber untuk memaparkan materi, dilanjutkan dengan dialog.
4.    Pelatih mengulas secara garis besar pokok hasil dialog, selanjutnya pelatih mempersilahkan kepada nara sumber meninggalkan ruangan, kemudian diakhiri dengan penutup

9.    Manajemen Konflik
a.    Pokok bahasan
1.    Pengertian manajemen konflik
2.    Macam/model- model konflik
3.    Tahap-tahap penyelesaian konflik
b.    Tujuan  :
Mengerti dan memahami pengertian konflik, manajemen konflik dan bagaimana  menyelesaikannya.
c.     Metode :
2.    Brainstorming
3.    Study kasus
4.    Ceramah
d.       Media :
1. OHP
2. Kertas plano dan spidol
a.    Waktu
Alokasi waktu 90 menit
b.     Proses Kegiatan :
Pelatih membuka acara dan membagi peserta dalam beberapa kelompok
Pelatih membagikan beberapa kasus pada masing-masing kelompok untuk diselesaikan.
Pelatih memberikan waktu selama 15 menit kepada masing-masing kelompok untuk  menyelesaikan kasus yang diberikan.
Setelah semua selesai, pelatih memberikan kesempatan selama 10 menit pada masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya.
Pelatih menjelaskan hasil dari diskusi kedalam materi pokok bahasan.
Pelatih memandu dialog.
Pelatih menutup sessi.

10.    Manajemen Organisasi
a.    Pokok bahasan :
1.    Pengertian, fungsi dan manfaat manajemen
2.    Manajemen organisasi non profit
3.    Manajemen kepanitiaan
b.    Tujuan :
1.    Mengerti dan memahami fungsi, manfaat dan bentuk-bentuk manajemen
2.    Mengetahui bagaimana memilih dan menerapkan manajemen yang tepat
c.    Metode :
1.    Brainstorming
2.    Diskusi
3.    Ceramah dan dialog
 d.     Media :
1.    OHP
2.    Kertas plano
3.    Spidol
e.     Waktu :
Alokasi waktu 90 menit
f.     Proses kegiatan :
1.    Pelatih membuka acara, kemudian menjelaskan secara singkat tentang materi yang akan dibahas sesuai dengan pokok bahasan.
2.    Pelatih memperkenalkan nara sumber, selanjutnya pelatih mengadakan warming up (pemanasan) dengan cara memberikan pertanyaan seputar materi sesuai dengan pokok bahasan. Hal ini dilakukan untuk mengukur tingkat pengetahuan peserta terhadap materi yang bersangkutan, sehingga nara sumber dapat mempertajam pemaparan materi sesuai dengan kadar pengetahuan peserta.
3.    Pelatih mempersilahkan kepada nara sumber untuk memaparkan materi, dilanjutkan dengan dialog.
4.    Pelatih mengulas secara garis besar pokok hasil dialog, selanjutnya pelatih mempersilahkan kepada nara sumber meninggalkan ruangan, kemudian diakhiri dengan penutup.
11.    Komunikasi
a.    Pokok bahasan :
Pengertian dan tujuan komunikasi
Unsur-unsur komunikasi
Bagaimana menciptakan komunikasi yang efektif
Komunikasi verbal dan non verbal
Etika komunikasi
b.    Tujuan :
1.    Mengerti dan memahami tujuan serta komponen-komponen komunikasi
2.    Mengetahui dan bisa menerapkan bagaimana komunikasi yang baik dan produktif.
c.    Metode :
1.    Ceramah
2.    Brainstorming
3.    Diskusi
d.    Media :
1.    OHP
2.    Kertas plano
3.    Spidol
e.    Waktu
    Waktu 90 menit
f.     Proses Kegiatan
1.    Pelatih menerangkan secara singkat tentang pokok bahasan materi yang dilanjutkan dengan memperkenalkan nara sumber kepada peserta.
2.    Pelatih mengadakan brainstorming dengan cara menyampaikan beberapa pertanyaan yang terkait dengan pokok bahasan, hal ini ditujukan untuk mengukur tingkat pengetahuan peserta pada materi tersebut sebelum pemateri menyampaikan materinya secara utuh. selanjutnya mempersilahkan kepada nara sumber untuk menyampaikan materi, dilanjutkan dengan dialog.
3.    Pelatih mengulas garis besar hasil dialog dan mengarahkan kepada kesimpulan
4.    Pelatih menutup acara.

12.    Kepemimpinan
c.    Pokok bahasan :
1.    Macam-macam leadership
2.    Teori munculnya pemimpin di masyarakat
3.    Pola kepemimpinan efektif
4.    Tipologi kepemimpinan
b.    Tujuan :
1.    Peserta memahami karakteristik sosok dan citra diri seorang pemimpin
2.    Peserta memahami bagaimana peran dan tanggung jawab seorang pemimpin
c.    Metode :
1.    Permainan
2.    Penugasan
3.    Diskusi
d.    Media :
1.    OHP
2.    Kertas plano
3.    Spidol
e.    Waktu :
Alokasi waktu 90 menit
f.    Proses Kegiatan :
1.    Pelatih membuka acara kemudian membagi peserta dalam 4 kelompok
2.    Masing masing kelompok memerankan seorang pemimpin yang otoriter, demokratis, liberal, laizezfaire
3.    Setelah semua selesai, pelatih melontarkan beberapa pertanyaan mengenai materi pokok bahasan yang berhubungan dengan tugas yang telah diperankan
4.    Pelatih memaparkan hasil dari tanya jawab, permainan peran dan materi pokok bahasan.
5.    Pelatih menutup acara

13.    Scientific Problem Solving (SPS)
g.    Pokok bahasan:
1.    Pengertian dan fungsi SPS
2.    Pengertian masalah dan langkah-langkah pemecahan masalah
3.    Konsep dasar pengambilan keputusan
4.    Praktek studi kasus
h.    Tujuan:
1.    Memahami pengertian  dan fungsi SPS
2.    Memahami apa itu masalah, cara menganalisa serta bagaimana langkah-langkah pemecahannya.
3.    Memahami konsep dasar pengambilan keputusan.
i.    Metode:
1.    Study kasus
2.    Curah pendapat
3.    Ceramah
j.    Media :
Kertas plano, spidol
k.    Waktu :
Alokasi waktu 90 menit
l.    Proses kegiatan :
1.    Pelatih membuka acara dan membagi peserta dalam 2 kelompok besar
2.    Pelatih membagikan beberapa kasus pada masing-masing kelompok untuk diselesaikan.
3.    Pelatih memberikan waktu selama 15 menit kepada masing-masing kelompok untuk  menyelesaikan kasus yang diberikan.
4.    Setelah semua selesai, Pelatih memberikan kesempatan selama 10 menit pada masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya.
5.    Pelatih menjelaskan hasil dari diskusi kedalam materi pokok bahasan.
6.    Pelatih memberi kesempatan beberapa pertanyaan.
7.    Pelatih menutup acara.

14.    Kerjasama
m.    Pokok bahasan :
1.    Pengertian dan tujuan kerjasama
2.    Bentuk-bentuk kerjasama
3.    Etika kerjasama
n.    Tujuan :
1.    Memahami pengertian dan tujuan kerjasama
2.    Memahami bentuk-bentuk kerjasama serta etika kerjasama
o.    Metode :
1.    Permainan
2.    Dinamika kelompok
3.    Brainstorming
4.    Diskusi
5.    Simulasi
p.    Media :
1.    Kertas double folio
2.    Lem
3.    kertas plano
4.    spidol
q.    Waktu :
Alokasi waktu 90 menit
r.    Proses kegiatan :
1.    Pelatih membuka acara kemudian menerangkan prosesi permainan
2.    Pelatih membagi kelompok
3.    Setiap kelompok mendapat kertas double folio sebanyak jumlah peserta dalam kelompok itu.
4.    Dalam waktu 15 menit bahan yang telah diberikan harus dibentuk sesuai dengan keinginan kelompok
5.    Ketentuannya produk itu harus setinggi mungkin dan tidak boleh mempergunakan peralatan lain selain yang diberikan.
6.    Ketentuan berikutnya selama bekerja tidak ada yang boleh bicara tapi dapat berkomunikasi dengan gerak-gerik atau bahasa isyarat, mimik dan bunyi-bunyian.
7.    Amati cara kerja kelompok
8.    Pelatih mempersilahkan memulai kerja selama 15 menit
9.    Setelah 15 menit selesai, semua harus berhenti dan masing-masing kelompok meletakkan hasil karyanya ditengah ruangan.
10.    Setiap peerta diberi kesempatan untuk memberikan reaksi atas produk-produk itu, mengungkapkan perasaan dan pendapat secara bergantian
11.    Kemudian Pelatih meminta seluuh peserta membentuk lingkaran besar dengan mengadakan evaluasi
12.    Pelatih menyimpulkan hasil permainan itu dalam pokok bahasan materi
13.    Pelatih menutup acara.
15.    Teknik Diskusi dan Persidangan
a.   Pokok bahasan :
14.    Pengertian, tujuan dan  macam-macam diskusi dan persidangan
15.    Etika diskusi dan persidangan
16.    Perangkat dan teknik diskusi dan persidangan
17.    Teknik menciptakan diskusi dan persidangan yang produktif
b.       Tujuan :
1.    Memahami pengertian, tujuan, macam serta etika diskusi.
2.    memahami perangkat dan teknik persidangan
3.    Memahami bagaimana menciptakan diskusi yang produktif
Metode :
Brainstorming
Diskusi
Role Playing
Praktek diskusi dan sidang
Media :
Kertas plano
Spidol
Waktu :
Alokasi waktu 90 menit
 f.     Proses kegiatan :
1.    Pelatih membuka acara dan menerangkan secara singkat tentang pokok bahasan materi yang dilanjutkan dengan memperkenalkan nara sumber kepada peserta.
2.    Pelatih mengadakan brainstorming dengan cara menyampaikan beberapa pertanyaan yang terkait dengan pokok bahasan, hal ini ditujukan untuk mengukur tingkat pengetahuan peserta pada materi tersebut sebelum pemateri menyampaikan materinya secara utuh. selanjutnya mempersilahkan kepada nara sumber untuk menyampaikan materi, dilanjutkan dengan dialog.
3.    Pelatih mengulas garis besar hasil dialog dan mengarahkan kepada kesimpulan
4.    Selanjutnya untuk memperdalam materi, pelatih mengajak peserta untuk melakukan suatu diskusi kelompok dengan membahas beberapa issue yang disedikan oleh pelatih.
5.    Selama dalam proses diskusi, pelatih memantau dan menilai mulai dari bentuk diskusi, penataan model, jalannya diskusi, partisipasi anggota diskusi dan peranan ketua kelompok diskusi dalam mengendalikan situasi diskusi.
6.    Setelah selesai, Pelatih memberikan ulasan tentang kelebihan dan kekurangan dari masing-masing prosesi diskusi yang telah dipraktekkan oleh masing-masing kelompok.
7.    Selanjutnya pelatih memberikan saran-saran dan diakhiri dengan menutup acara.

16.    Pengantar Studi Gender
s.    Pokok Bahasan :
1.    Pengertian dan tujuan studi gender
2.    Perbedaan sex, gender dan feminisme
3.    Pengertian sex role, gender role, gender stereotype
4.    Bentuk-bentuk ketidakadilan gender
t.    Tujuan :
1.    Mengerti dan memahami gender, sex dan feminisme
2.    Mengetahui aliran-aliran feminisme
u.    Metode :
1.    Brainstorming
2.    Diskusi
3.    Ceramah dan dialog
v.    Media :
1.    OHP
2.    Kertas plano dan spidol
w.    Waktu :
Alokasi waktu 60 menit efektif
x.    Proses kegiatan :
1.    Pelatih membuka acara kemudian memberikan  penjelasan singkat tentang pokok bahasan materi studi gender.
2.    Pelatih membacakan biodata narasumber,  selanjutnya mempersilahkan narasumber menyampaikan materi.
3.    Pelatih memandu dialog atau curah pendapat.
4.    Pelatih menyimpulkan materi studi gender dan hasil dialog, kemudian mempersilahka nara sumber meningalkan  ruangan.
5.    Pelatih memandu diskusi tentang pendalaman materi, sebelum itu Pelatih membagi peserta dalam 4 kelompok.
6.    Pelatih memandu merumuskan hasil diskusi  kelompok dengan metode curah pendapat yang ditulis pada papan plano.
7.    Pelatih menutup acara

17.    Studi Problematika Pendidikan di Indonesia
y.    Pokok bahasan :
1.    Komponen-komponen pendidikan (peserta didik, pendidik,materi, metode, tujuan)
2.    Sistem pendidikan nasional
3.    Problematik pendidikan di Indonesia
z.    Tujuan :
1.    Memahami komponen-komponen pendidikan
2.    Memahami system pendidikan nasional
aa.    Metode :
1.    Brainstorming
2.    Ceramah dan dialog
bb.    Media :
1.    OHP
2.    Kertas plano dan spidol
cc.    Waktu :
Alokasi waktu 60 menit efektif
dd.    Proses kegiatan :
1.    Pelatih membuka acara dan menerangkan secara singkat tentang pokok bahasan materi yang dilanjutkan dengan memperkenalkan nara sumber kepada peserta.
2.    Pelatih mengadakan brainstorming dengan cara menyampaikan beberapa pertanyaan yang terkait dengan pokok bahasan, hal ini ditujukan untuk mengukur tingkat pengetahuan peserta pada materi tersebut sebelum pemateri menyampaikan materinya secara utuh. selanjutnya mempersilahkan kepada nara sumber untuk menyampaikan materi, dilanjutkan dengan dialog.
3.    Selesai dialog, pelatih mengulas secara garis besar hasil dialog dan mengarahkan pada kesimpulan.
4.    Pelatih memberikan saran-saran dan dilanjutkan dengan menutup acara.

18.     Evaluasi
a.   Pokok bahasan
5.    Review dan evaluasi akhir penyelenggaraan latihan
6.    Post test

b.    Tujuan
1.     Mampu mengorganisir dan mengungkapkan kembali pengalaman latihan peserta sejak awal sampai akhir pelatihan, sehingga mengetahui kelebihan dan kekurangan selama latihan berlangsung.
2.     Mampu memberikan umpan balik dan kritikan terhadap proses pelaksanaan latihan ini serta saran-saran mereka untuk perbaikan pelaksanaan latihan di masa yang akan datang
c.   Metode
1.    Angket
2.    Kuesioner
d.      Media
1.    Papan tulis white board dan spidolnya
2.    Kertas plano dan spidolnya
3.    Formulir isian evaluasi dan soal-soal post test
e.     Waktu
90 menit efektif
f.     Proses kegiatan
1.    Pelatih membuka acara, kemudian memberikan penjelasan singkat tentang evaluasi pelatihan dan tujuannya.
2.    Pelatih membagi peserta ke dalam beberapa kelompok diskusi, kemudian masing-masing kelompok merumuskan beberapa kekurangan dan kelebihan dari masing-masing sessi yang berkaitan dengan prosesi pelatihan, misalnya infrastruktur pelatihan, materi, pelatih, metoda, nara sumber, peserta, suasana, sistem kelekatan dll.
3.    Hasil diskusi di tuangkan dalam kertas plano kemudian dipresentasikan oleh masing-masing kelompok.
4.    Pelatih memandu untuk mengidentifikasi masing-masing permasalahan, sehingga menjadi entry point bagi peserta di dalam menyelenggarakan pelatihan berikutnya.
5.    Selanjutnya pelatih menyimpulkan secara garis besar hasil diskusi.
6.    Untuk melihat daya serap materi pelatihan selama proses pelatihan, maka pelatih memberikan post test kepada peserta.
7.    Diakhiri dengan penutupan acara.

19.    Rencana Tindak Lanjut
a.   Pokok bahasan
1.   Rencana tindak lanjut latihan
2.    Rumusan strategi tindak lanjut untuk pengembangan kemampuan peserta
b.     Tujuan
1.     Menyadari pentingnya suatu tindak lanjut latihan sebagai bentuk perwujudan dari pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang diperolehnya selama latihan
2.    Mampu menyusun suatu rencana tindak lanjut tentatif yang dapat dan mungkin dilaksanakannya pasca latihan pelatih
c.     Metode
1.    Angket
2.    Diskusi
d.     Media
1.     Papan tulis white board dan spidolnya
2.    Kertas plano dan spidolnya
3.    Lembar rancangan kegiatan pasca latihan
e.     Waktu
120 menit efektif
f.     Proses kegiatan
1.    Pelatih membuka acara, kemudian memberikan penjelasan singkat tentang rencana tindak lanjut sebagai bentuk peningkatan pengalaman bagi pelatih yang akan terjun memandu latihan di wilayahnya
2.    Agar hasil rencana tindak lanjut tepat sasaran, maka sebaiknya rencana tindak lanjut di buat forum segitiga yakni peserta, pelatih, dan pimpinan struktural yang bersangkutan.
3.    Selanjutnya forum diserahkan kepada pimpinan struktural yang bersangkutan untuk bersama-sama melakukan rancangan kegiatan lanjutan bagi peserta latihan.
4.    Hasil pembahasan tersebut kemudian dituangkan dalam plano dan menjadi ketetapan kegiatan yang harus dilaksanakan
5.    Pelatih memberikan penegasan secara garis besar atas hasil perumusan rencana tindak lanjut, kemudian diakhiri dengan penutupan acara oleh pelatih.

ASWAJA

Posted by Pelajar Pujon 22.38, under | No comments

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Dalam istilah masyarakat Indonesia, Aswaja merupakan singkatan dari Ahlussunnah wal jama'ah. ada tiga kata yg membentuk kata tersebut.
1. Ahl, berarti keluarga, golongan atau pengikut.
2. Al-Sunnah, yaitu segala sesuatu yg datang dari Nabi Muhammad yang berupa perbuatan, ucapan, dan pengakuan Nabi Muhammad.
3. Al-Jama'ah, yaitu apa yg disepakati oleh para sahabat Rosulullah pd masa Khulafaur Rosyidin (Abu Bakar, Umar bin Khottob, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Tholib)

Kata al-Jama'ah ini diambil dari sabda Nabi saw: "Barangsiapa yang ingin mendapatkan kehidupan yg damai di surga, maka hendaklah ia mengikuti al-Jama'ah (HR. Tirmidzi dan Hakim, hadits shohih menurut al-Dzahabi)

Syekh Abdul Qodir al-Jaelani (471-561 H) menjelaskan:
"Al-Sunnah adl apa yg telah diajarkan oleh Rosulullah saw. (meliputi ucapan, perilaku, serta ketetapan beliau). Sedangkan al-Jama'ah adalah segala sesuatu yg telah menjadi kesepakatan para sahabat Nabi saw. pada masa Khulafaur Rosyidin yang empat, yg telah diberi hidayah (mudah-mudahan Allah memberi rahmat kpd mereka semua) (Al-Ghunyah li Tholibi Thoriq al-Haqq, Juz 1, hal 80)

Lebih jelas lagi hadratus syekh KH. Hasyim Asy'ari (1287-1336 H) menyebutkan dalam kitabnya Zidayat Ta'liqot hal. 23-24, sebagai berikut:
"Adapun Ahlussunnah wal Jama'ah adalah kelompok ahli tafsir, ahli hadits dan ahli fiqh. Merekalah yg mengikuti dan berpegang teguh dg sunnah Nabi saw. dan sunnah Khulafaur Rosyidin sesudahnya. Mereka adalah kelompok yg selamat (al-Firqoh al-Najiyah). Mereka mengatakan, bahwa kelompok tersebut sekarang ini terhimpun dalam madzhab yang empat, yaitu madzhab Hanafi, Syafii, Maliki dan Hanbali."

Pada hakikatnya ajaran Nabi saw. dan para sahabatnya tentang aqidah itu sudah termaktub dalam al-Qur'an dan Sunnah. Akan tetapimasih berserakan dan belum tersusun secara sistematis. Baru pada masa setelahnya, ada usaha dari ulama' Ushuluddin yg besar yaitu Imam Abu Hasan al-Asy'ari yg lahir di Bashra tahun 260 H dan wafat tahun 324 H, juga Imam Abu Mansur al-Maturidi yg lahir di Maturid, Samarkand, Uzbekistan, dan wafat tahun 333 H, Ilmu Tauhid dirumuskan secara sistematis agar mudah dipahami. Kedua ulama' tersebut menulis kitab2 yg cukup banyak. Imam al-Asy'ari misalnya, menulis kitab al-ibanah 'an Ushul al-Diniyah, Maqolat al-Islamiyyin, dll. Sedangkan Imam al-Maturidi menulis kitab al-Tauhid, Ta'wilat Ahl al-Sunnah, dll. Karena jasa yg besar dari kedua ulama' tersebut, sehingga penyebutan Ahlussunnah wal Jama'ah selalu dikaitkan dengan kedua ulama' tersebut.

Sayyid Murtadha al-Zabidi mengatakan:
"Jika disebut Ahlussunnah wal jama'ah, maka yg dimaksud adl para pengikut Imam al-Asy'ari dan Imam al-Maturidi (Ithaf al-Sadah al-Muttaqin, juz 2 hal. 6)

Pesantren2 di Indonesia secara umum mengajarkan Ilmu Tauhid menurut rumusan Imam al-Asy'ari dan Imam al-Maturidi dengan menggunakan kitab yg lebih sederhana dan ditulis oleh para pengikut kedua imam tersebut, seperti kitab Kifayatul 'Awam, Ummul Barohain, 'Aqidatul 'Awam, dll.

Dari penjelasan di atas, dpt dipahami Ahlussunnah wal jama'ah bukanlah aliran baru yg muncul sebagai reaksi dari beberapa aliran yg menyimpang dari ajaran Islam yg sebenarnya. Tetapi Ahlussunnah wal Jama'ah adalah Islam yang murni sebagaimana yg diajarkan Nabi saw. dan sesuai dg apa yg telah digariskan dan diamalkan oleh para sahabatnya.

Panduan Pelksanaan MAKESTA

Posted by Pelajar Pujon 22.23, under | No comments

I. MASA KESETIAAN ANGGOTA (MAKESTA)
A.    Materi Pelatihan
1.    Perkenalan
a.    Pokok Bahasan : Perkenalan identitas peserta dan pelatih, seperti : nama, alamat, hobi, asal sekolah, dll.
b.    Tujuan
Tercapainya suasana interaktif yang hangat dan terbuka antara sesama peserta, pelatih dan panitia penyelenggara           
c.    Metode : bermain (ex : membuat puisi pribadi)
d.    Media : kertas, pulpen
e.    Waktu : 45 menit
f.    Proses Kegiatan :
1.    Pelatih membuka serta menjelaskan secara singkat aturan main dari permainan ini.
2.    Pelatih meminta kepada peserta untuk membentuk lingkaran, kemudian pelatih memberikan selembar kertas kepada masing-masing peserta.
3.    Pelatih mengajak kepada peserta untuk membuat puisi sederhana – minimal 4 baris. Puisi itu berisi informasi tentang nama, minat, pekerjaan, hobi, gaya hidup dan sebagainya.
4.    Sebagai contoh “Aku adalah seorang keeper”, kesukaanku naik skuter, makananku lemper, asalku dari Jember, aku masuk IPNU pingin pinter, biar tidak keblinger, dan hanya menjadi bemper, sekarang aku siap jadi kader.
5.    Setelah selesai, kemudian peserta diminta untuk menggeser kertas yang berisi puisi pribadi tersebut ke arah kanan dua kali.
6.    Selanjutnya pelatih meminta kepada peserta untuk membacakan puisi pribadi yang ada ditangannya seraya melakukan deklamasi sesuai dengan isi puisi tersebut.
7.    Pelatih mengulas secara singkat manfaat dari perkenalan tersebut diakhir dengan menutup acara/sessi.

2.  Pre Test
a.    Pokok Bahasan :
1.    Ke IPNU an
2.    Pengetahuan dan pengalaman organisasi
3.    Harapan dan tujuan
4.    Pelatihan yang pernah diikuti
5.    Pengetabhuan tentang NU
b.    Tujuan
1.    Peserta mengenal diri, lingkungan dan organisasi
2.    Agar peserta memiliki motivasi berorganisasi
c.     Metode :
1.    Angket (diberikan dan diisi pada waktu pendaftaran peserta).
2.    Brainstorming (dilakukan disisi acara).
d.    Media : Angket, kertas buram, pulpen
e.     Waktu : 45 menit
f.     Proses Kegiatan
1.    Untuk pre test yang sifatnya angket diisi oleh peserta saat melakukan registrasi peserta. Selanjutnya seluruh formulir yang terkumpul dilakukan penilaian. Penilaian dari hasil angket ini menjadi gambaran awal tentang kondisi peserta baik pengalaman, keilmuan maupun motivasi mengikuti makesta.
2.    Disamping pre test yang sifatnya angket pelatih dapat memberikan pre test dengan cara brainstorming dengan peserta secara langsung.
3.    Pelatih, membuka acara dan memberikan prolog singkat tentang keorganisasian.
4.    Selanjutnya pelatih mengajak brainstorming dan atau identifikasi dengan peserta secara acak dengan menanyakan beberapa hal misalnya, tentang seputar organisasi pelajar, seputar tentang NU, serta menanyakan peserta apa motivasi mendasar yang mendorong untuk mengikuti Makesta, sampai pada harapan peserta terhadap Makesta tersebut.
5.    Hasil brainstorming tersebut diidentifikasi sedemikian rupa oleh pelatih, selanjutnya diulas dengan singkat diakhiri dengan penutup.
3.  Ke IPNU an
a. Pokok Bahasan :
Sessi I
1.    Latar belakang sejarah kelahiran IPNU
2.    Perjalanan IPNU dari masa ke masa
3.    Sejarah  IPNU lokal
Sessi II
4.    PD/PRT (sifat, fungsi, azas, aqidah, tujuan organisasi, struktur organisasi, lambang organisasi).
5.    Citra diri IPNU
6.    Hubungan IPNU dengan NU beserta banom-banomnya dan maupun ormas lain
b.Tujuan
1. memahami latar belakang kelahiran dan perjalanan IPNU dari masa ke masa
2. memahami PD PRT IPNU
c. Memahami peran IPNU di masyarakat sebagai bagian dari organisasi pelajar dan bagian dari NU
d. Metode : Ceramah, dialog.
e.    Media : OHP, kertas plano, spidol
f.    Waktu : 240 menit (dibagi dalam dua sessi).
g.    Proses Kegiatan :
1.    Pelatih membuka acara, kemudian menjelaskan secara singkat tentang materi yang akan dibahas sesuai dengan pokok bahasan.
2.    Pelatih memperkenalkan nara sumber, selanjutnya pelatih mengadakan brainstorming seputar materi yang akan dibahas.
3.    Pelatih mempersilahkan kepada nara sumber untuk memaparkan materi, dilanjutkan dengan dialog.
4.    Pelatih mengulas secara garis besar pokok hasil dialog, selanjutnya pelatih mempersilahkan kepada nara sumber meninggalkan ruangan, kemudian diakhiri dengan penutup.
5.    Untuk meteri ke IPNU an ini dibagi dalam dua sessi. Proses kegiatan masing-masing sessi hampir sama.
4. Ke NU an
a.     Pokok Bahasan :
1.    Sejarah kelahiran NU dan perkembangannya
2.    Bentuk dan sistem organisasi NU (tujuan, struktur organisasi dan perangkat organisasi).
3.    Pengertian dan kedudukan ulama dalam NU
4.    Faktor-faktor dominan NU yaitu faktor kepemimpinan dan keanggotaan NU serta faktor keagamaan NU.
b. Tujuan
1.    Pelatih membuka acara, kemudian menjelaskan secara singkat tentang materi yang akan dibahas sesuai dengan pokok bahasan.
2.    Pelatih memperkenalkan nara sumber, selanjutnya pelatih mengadakan brainstorming  seputar materi yang akan dibahas.
3.    Pelatih mempersilahkan kepada nara sumber untuk memaparkan materi, dilanjutkan dengan dialog.
4.    Pelatih mengulas secara garis besar pokok hasil dialog, selanjutnya pelatih mempersilahkan kepada nara sumber meninggalkan ruangan, kemudian diakhiri dengan penutup.
c.     Metode : Ceramah dan dialog
d.     Media : OHP, kertas plano, spidol
e.    Waktu : 90 menit
f.    Proses Kegiatan :
1.    Pelatih membuka acara, kemudian menjelaskan secara singkat tentang materi yang akan dibahas sesuai dengan pokok bahasan.
2.    Pelatih memperkenalkan nara sumber, selanjutnya pelatih mengadakan warming up (pemanasan) dengan cara memberikan pertanyaan seputar materi sesuai dengan pokok bahasan. Hal ini dilakukan untuk mengukur tingkat pengetahuan peserta terhadap materi yang bersangkutan, sehingga nara sumber dapat mempertajam pemaparan materi sesuai dengan kadar pengetahuan peserta.
3.    Pelatih mempersilahkan kepada nara sumber untuk memaparkan materi, dilanjutkan dengan dialog.
4.    Pelatih mengulas secara garis besar pokok hasil dialog, selanjutnya pelatih mempersilahkan kepada nara sumber meninggalkan ruangan, kemudian diakhiri dengan penutup.
5.    Aswaja
a. Pokok Bahasan
1.    Pengertian dan dalil-dalil yang menjadi rujukan aswaja
2.    Prinsip-prinsip sikap aswaja yaitu tawasuth, tatsamuh, tawazun dan amar ma’ruf nahi mungkar.
3.    Sejarah kelahiran aswaja dan perkembangannya di Indonesia
4.    Memahami peran ulama’ dalam perkembangan Islam di Indonesia
 b. Tujuan
1.     Memahami  dalil-dalil yang menjadi rujukan dalam aswaja
2.     Memahami prinsip-prinsip sikap aswaja dan sejarah kelahiran serta perkembangan aswaja di Indonesia
3.     Memahami peran walisongo dalam perkembangan Islam di Indonesia
c. Metode : Ceramah dan dialog
d. Media : OHP, kertas plano, spidol
e. Waktu : 90 menit
f. Proses Kegiatan :
1.    Pelatih membuka acara, kemudian menjelaskan secara singkat tentang materi yang akan dibahas sesuai dengan pokok bahasan.
2.    Pelatih memperkenalkan nara sumber, selanjutnya pelatih mengadakan warming up (pemanasan) dengan cara memberikan pertanyaan seputar materi sesuai dengan pokok bahasan. Hal ini dilakukan untuk mengukur tingkat pengetahuan peserta terhadap materi yang bersangkutan, sehingga nara sumber dapat mempertajam pemaparan materi sesuai dengan kadar pengetahuan peserta.
3.    Pelatih mempersilahkan kepada nara sumber untuk memaparkan materi, dilanjutkan dengan dialog.
4.    Pelatih mengulas secara garis besar pokok hasil dialog, selanjutnya pelatih mempersilahkan kepada nara sumber meninggalkan ruangan, kemudian diakhiri dengan penutupReferensi bacaan selanjutnya :
1.    Khittoh Nahdliyah oleh KH. Ahmad Siddiq
2.    Kembali ke Khittoh oleh KH. Muchith Muzadi

6.     Keorganisasian
a. Pokok Bahasan :
1.    Pengertian organisasi
2.    Fungsi organisasi
3.    Jenis-jenis organisasi
4.    Unsur-unsur organisasi
b. Tujuan
1. Memahami pengertian dan fungsi organisasi
2. Memahami jenis-jenis organisasi
c. Ceramah dan dialog
1.    Permainan
d.    Kertas plano, spidol
h.    Waktu : 90 menit
i.    kegiatan :
1.    Pelatih membagi peserta dalam 4 kelompok
2.    Dua kelompok pertama bermain tanpa penjelasan
3.    Pelatih menggambar kerangka gambar pada kertas plano
4.    Masing-masing peserta menambahkan 3 coretan pada gambar tersebut.
5.    Dua kelompok kedua bermain berdasarkan kesepakatan kelompok
6.    Pelatih mempersilahkan untuk menggambar sesuai dengan kesepakatan kelompok.
7.    Kerangka gambar digambar dikertas plano sesuai kesepakatan kelompok
8.    Masing-masing peserta menambahkan 3 coretan pada gambar tersebut.
9.    Pelatih mengeksplorasikan permainan tersebut berkaitan dengan keorganisasian yang berkaitan dengan kerjasama, komunikasi, trust, kompak, adaptif.
10.     Pelatih memperkenalkan nara sumber sekaligus mempersilahkan menyampaikan materi yang berkaitan dengan materi keorganisasian dan dilanjutkan dengan tanya jawab.
11.     Pelatih menutup acara.

7. Leadership
a.     Pokok Bahasan:
1.    Pengertian leadership
2.    Macam-macam leadership
3.    Teori munculnya pemimpin dimasyarakat.
b.    Tujuan
1.    Memahami pengertian leadership beserta macam-macamnya
2.    Memahami teori munculnya pemimpin di masyarakat   
c.     Metode : Ceramah, dialog, game
d.     Media : Kertas plano, spidol
e.     Waktu : 60 menit
f.     Proses kegiatan :
1.    Pelatih membagi peserta dalam 3 kelompok
2.    Masing-masing kelompok memerankan salah satu karakter kepemimpinan.
Otoriter : Pelatih memerintahkan kepada ketua kelompok untuk menginstruk sikan kepada seluruh anggota untuk menyusun sedotan es menjadi sebuah piramid.
Bebas : Pelatih mempersilahkan ketua kelompok untuk memamfaatkan media yang ada
Demokratis : Pelatih mempersilahkan kepada ketua kelompok untuk mendiskusikan membuat piramid yang baik.
(aspek yang diukur pemimpin, yang dipimpin dan proses kepemimpinan).
8. Evaluasi
a.     Pokok bahasan
1.    Pendalaman seluruh materi
2.    Komponen yang terlibat dalam proses pelatihan (Peserta, Pelatih, Panitia)
b.     Tujuan
1.    Mengukur atau menilai tingkat daya serap, perkembangan peserta dan keberhasilan latihan yang diadakan
2.    Mengetahui faktor penunjang dan penghambat dalam penyelenggaraan latihan.
c.    Metode
Diskusi dan angket
d.    Waktu
Diskusi 60 menit
Angket 30 menit
e.    Media
Semua materi ceramah dan lembaran-lembaran angket

f.    Proses kegiatan
1.    Peserta dibagi dalam kelompok kecil. Selanjutnya masing-masing kelompok tersebut mengambil tempat terpisah dengan dipandu pelatih.
2.    Kemudian masing-masing pelatih dalam kelompok, melakukan review (penajaman) materi dari seluruh materi yang pernah diberikan selama pelatihan dengan cara melakukan tanya jawab ekploratif.
3.    Setelah semua selesai, peserta masuk ruangan selanjutnya peserta melakukan evaluasi (feedback) berkait dengan aspek-aspek latihan, misalnya Materi latihan, performance pelatih, sarana pelatihan, penyelenggaraan pelatihan dll. Hal ini bila dilakukan dengan angket maka peserta cukup mengisi dengan angket kemudian hasil tersebut diidentifikasi dan disimpulkan oleh pelatih dan panitia. Bisa juga dilakukan ekplorasi secara langsung dengan melakukan identifikasi dan feedback yang dipimpin oleh pelatih dan semua panitia serta peserta terlibat di dalam forum.
4.    Kemudian diakhiri dengan penutupan.










9.     Rencana Tindak Lanjut (RTL)
a. Pokok bahasan
1.    Rencana tindak lanjut pasca latihan
2.    Rumusan dan strategi tindak lanjut kegiatan
b. Tujuan
Menyadari pentingnya suatu tindak lanjut latihan sebagai bentuk perwujudan dari pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang diperolehnya selama latihan
c.  Methode : Angket
               Diskusi
d.  Waktu :
60 menit efektif
e.  Media
Papan tulis white board dan spidolnya
Kertas plano dan spidolnya
Lembar rancangan kegiatan pasca latihan
f.   Proses kegiatan
1. Pelatih membuka acara, kemudian memberikan penjelasan singkat tentang rencana tindak lanjut kegiatan
2. Agar hasil rencana tindak lanjut tepat sasaran, maka sebaiknya rencana tindak lanjut di buat forum segitiga yakni peserta, pelatih, dan pimpinan struktural yang bersangkutan.
3. Selanjutnya forum diserahkan kepada pimpinan struktural yang bersangkutan untuk bersama-sama melakukan rancangan kegiatan lanjutan bagi peserta latihan.
4. Hasil pembahasan tersebut kemudian dituangkan dalam plano dan menjadi ketetapan kegiatan yang harus dilaksanakan
5. Pelatih memberikan penegasan secara garis besar atas hasil perumusan rencana tindak lanjut, kemudian diakhiri dengan penutupan acara oleh pelatih.

Mars IPNU-IPPNU

Posted by Pelajar Pujon 22.20, under | No comments

IPNU

wahai pelajar indonesia
siapkanlah barisanmu
bertekat bulat bersatu di bawah kibaran panji IPNU
ayolah pelajar islam yg setia
kebangkanlah agamamu
dalam negara Indonesia
tanah air yang kucinta
dengan pedoman kita belajar
berjuang serta bertaqwa
kita bina watak nusa dan bangsa
tuk kejayaan masa depan
bersatu wahai pelagar islam jaya
tunaikanlah kewajiban yang mulia
ayo maju.....Pantang mundur.....
Dengan rahmat tuhan kita perjuangkan
ayo maju.....Pantang mundur.....Pasti tercapai adil makmur


IPPNU
sinarlah gelap terbitlah terang
mentari timur sudah berjaya
ayunkanlah langkah pukul genderang
s'gala rintangan mundur semua
tiada laut sedalam iman
tiada gunung setinggi cita
sujud kepala kepada tuhan
tegak kepada lawan derita
dimalam yang sepi dipagi yang terang
hatiku teguh bagimu ikatan
dimalam yang hening di hati menbakar
hatiku penuh bagiku pertiwi
mekar seribu bunga di taman
mekar cintaku pada ikatan
ilmu ku cari amal kuberi
untuk agama bangsa negeri

Sejarah Lahirnya IPPNU

Posted by Pelajar Pujon 22.17, under | No comments


Sejarah kelahiran IPPNU dimulai dari perbincangan ringan oleh beberapa remaja putri yang sedang menuntut ilmu di Sekolah Guru Agama (SGA) Surakarta, tentang keputusan Muktamar NU ke-20 di Surakarta. Maka perlu adanya organisasi pelajar di kalangan Nahdliyat. Hasil obrolan ini kemudian dibawa ke kalangan NU, terutama Muslimat NU, Fatayat NU, GP. Ansor, IPNU dan Banom NU lainnya untuk membentuk tim resolusi IPNU putri pada kongres I IPNU yang akan diadakan di Malang. Selanjutnya disepakati bahwa peserta putri yang akan hadir di Malang dinamakan IPNU putri.
Dalam suasana kongres, yang dilaksanakan pada tanggal 28 Februari – 5 Maret 1955, ternyata keberadaan IPNU putri masih diperdebatkan secara alot. Rencana semula yang menyatakan bahwa keberadaan IPNU putri secara administratif menjadi departemen dalam organisasi IPNU. Namun, hasil pembicaraan dengan pengurus teras PP IPNU telah membentuk semacam kesan eksklusifitas IPNU hanya untuk pelajar putra. Melihat hasil tersebut, pada hari kedua kongres, peserta putri yang terdiri dari lima utusan daerah (Yogyakarta, Surakarta, Malang, Lumajang dan Kediri) terus melakukan konsultasi dengan jajaran teras Badan Otonom NU yang menangani pembinaan organisasi pelajar yakni PB Ma’arif (KH. Syukri Ghozali) dan PP Muslimat (Mahmudah Mawardi). Dari pembicaraan tersebut menghasilkan beberapa keputusan yakni:
  • Pembentukan organisasi IPNU putri secara organisatoris dan secara administratif terpisah dari IPNU
  • Tanggal 2 Maret 1955 M/ 8 Rajab 1374 H dideklarasikan sebagai hari kelahiran IPNU putri.
  • Untuk menjalankan roda organisasi dan upaya pembentukan-pembentukan cabang selanjutnya ditetapkan sebagai ketua yaitu Umroh Mahfudhoh dan sekretaris Syamsiyah Mutholib.
  • PP IPNU putri berkedudukan di Surakarta, Jawa Tengah.
  • Memberitahukan dan memohon pengesahan resolusi pendirian IPNU putri kepada PB Ma’arif NU. Selanjutnya PB Ma’arif NU menyetujui dan mengesahkan IPNU putri menjadi Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU).
Dalam perjalanan selanjutnya, IPPNU telah mengalami pasang surut organisasi dan berbagai peristiwa nasional yang turut mewarnai perjalanan organisasi ini. Khususnya di tahun 1985, ketika pemerintah mulai memberllakukan UU No. 08 tahun 1985 tentang keormasan khusus organisasi pelajar adalah OSIS, sedangkan organisasi lain seperti IPNU-IPPNU, IRM dan lainnya tidak diijinkan untuk memasuki lingkungan sekolah. Oleh karena itu, pada Kongres IPPNU IX di Jombang tahun 1987, secara singkat telah mempersiapkan perubahan asas organisasi dan IPPNU yang kepanjangannya “Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama” berubah menjadi “Ikatan Putri-Putri Nahdlatul Ulama”.
Selanjutnya, angin segar reformasi telah pula mempengaruhi wacana yang ada dalam IPPNU. Perjalanan organisasi ketika menjadi “putri-putri” dirasa membelenggu langkah IPPNU yang seharusnya menjadi organisasi pelajar di kalangan NU. Keinginan untuk kembali ke basis semula yakni pelajar demikian kuat, sehingga pada kongres XII IPPNU di Makasar tanggal 22-25 Maret tahun 2000 mendeklarasikan bahwa IPPNU akan dikembalikan ke basis pelajar dan penguatan wacana gender.
Namun, pengembalian ke basis pelajar saja dirasa masih kurang. Sehingga pada Kongres ke XIII IPPNU di Surabaya tanggal 18-23 Juni 2003, IPPNU tidak hanya mendeklarasikan kembali ke basis pelajar tetapi juga kembali ke nama semula yakni “Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama”. Dengan perubahan akronim ini, IPPNU harus menunjukkan komitmennya untuk memberikan kontribusi pembangunan SDM generasi muda utamanya di kalangan pelajar putri dengan jenjang usia 12-30 tahun dan tidak terlibat pada kepentingan politik praktis yang bisa membelenggu gerak organisasi. Namun perlu juga dipahami bahwa akronim “pelajar” lebih diartikan pada upaya pengayaan proses belajar yang menjadi spirit bagi IPPNU dalam berinteraksi dan bersosialisasi dengan seluruh komponen masyarakat Indonesia dengan mengedepankan idealisme dan intelektualisme .

Sejarah Laihirnya IPNU

Posted by Pelajar Pujon 21.42, under | No comments

I. Sejarah lahirnya IPNU
Berawal dari ide para putra Nahdlatul Ulama, yakni pelajar dan santri pondok pesantren untuk mendirikan suatu kelompok atau perkumpulan .
• Pada tahun 1939 lahir PERSANO (Persatoean Santri Nahdlatoel Oelama).
• Pada tahun 1947 Lahir IMNU (Ikatan Murid Nahdlatul Ulama) di Malang.
• Pada tahun 1950 berdiri IMNU (Ikatan Mubaligh Nahdlatul Ulama di Semarang.
• PARPENO (Persatoean Pelajar Nahdlatoel Oelama) di Kediri.
• Di Bangil berdiri Ikatan Pelajar Islam Nahdlatul Ulama.
Namun organisasi-organisasi yang telah berdiri di atas masih berjuang sendiri-sendiri dan tidak mengenal di antara satu sama lain.
Bertitik tolak dari kenyataan tersebut, maka Almarhum Tholcha Mansyur (Malang), Sofyan Cholil (Jombang), H. Mustamal (Solo) bermusyawarah untuk mempersatukan organisasi-organisasi tersebut dalam satu wadah, satu nama dan satu faham dengan nama IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama) saat berlangsung kongres LP Ma’arif di Semarang pada tanggal 24 Februari 1954/20 Jumadil akhir 1373 Hijriyah.
Pada kongres ke VI di Surabaya IPNU menjadi badan otonom NU (Nahdlatul Ulama). Sehingga IPNU Berhak mengatur rumah tangganya sendiri baik ke luar maupun ke dalam, tidak lagi tergantung kepada kebijakan LP Ma’arif.
Pada perkembangan selanjutnya IPNU berubah nama menjadi Ikatan Putra Nahdlatul Ulama saat kongres ke X di Jombang disebabkan organisasi pelajar yang diakui pemerintah hanya OSIS sebagai organisasi intra sekolah dan Pramuka sebagai organisasi ekstra sekolah. Sehingga ladang garap IPNU tidak hanya pelajar dan santri saja, tetapi juga pemuda, remaja dan mahasiswa.
Di dalam kongres XIV tanggal 18 – 24 Juni 2003 di Surabaya IPNU sepakat untuk kembali ke habitatnya semula dengan berganti nama menjadi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dengan orientasi pelajar, santri dan mahasiswa.
Lahirnya Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dilatar belakangi oleh adanya kebutuhan wadah pengkaderan bagi generasi muda NU yang bersumber dari kalangan pesantren dan pendidikan umum, yang diharapkan dapat berkiprah di berbagai bidang, baik politik (kebangsaan), birokrasi, maupun bidang-bidang profesi lainnya. Pada awalnya embrio organisasi ini adalah berbagai organisasi atau asosiasi pelajar dan santri NU yang masih bersifat lokal dan parsial.
II. Tujuan Organisasi
Terbentuknya pelajar bangsa yang bertaqwa kepada Allah swt., berilmu, berakhlaq mulia, dan berwawasan kebangsaan serta bertanggung jawab atas tegaknya syariat Islam menurut faham Ahlussunnah wal Jama’ah yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Di bidang pendidikan IPNU mempunyai tujuan:
• Untuk memelihara rasa persatuan dan kekeluargaan di antara pelajar umum, santri dan mahasiswa.
• Membina dan meningkatkan pendidikan dan kebudayaan Islam.
• Meningkatkan harkat masyarakat Indonesia yang berasusila dan mengabdi kepada agama, bangsa dan negara.
III. Trilogi IPNU
Konsep dasar perjuangan IPNU di masyarakat pelajar
Belajar – Berjuang – Bertaqwa
IV. Lambang Organisasi
Gambar Logo IPNU
Makna Logo
Warna dasar hijau tua: Subur
Bentuk bulatan: Kontinyu (berkesinam-bungan)
Lingkaran dasar putih Lingkaran tengah kuning: Hikmah dan cita-cita tinggi
Huruf IPNU putih: Suci
3 titik di antara singkatan IPNU: Islam, Iman, Ihsan
6 garis strip (kanan 3 dan kiri 3) putih: Suci
9 bintang kuning: Lambang NU
2 kitab putih: Al-Qur’an dan Al-Hadits
2 bulu angsa bersilang putih: Menuntut ilmu agama dan ilmu umum
5 sudut bintang: Rukun Islam
V. Citra Diri Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama
Citra diri IPNU & IPPNU dilandasi oleh pokok-pokok pikiran bahwa manusia bertanggung jawab melaksanakan misi khalifah, yaitu memelihara, mengatur, dan memakmurkan bumi.
Makna dan fungsi manusia sebagai khalifah memiliki dua dimensi, yaitu dimensi sosial (horizontal) dan dimensi ilahiah (vertikal)
1. Sosial bermakna mengenal alam, memikirkannya, dan memanfaatkan alam demi kebaikan dan ketinggian derajat manusia sendiri.
2. Ilahiah yaitu mempertanggungjawabkan segala perbuatannya di hadapan Allah SWT.
Secara sosiologis manusia merupakan suatu komunitas yang memiliki nila-nilai kemanusiaan (moral, nilai sosial dan nilai keilmuan)
VI. Kondisi IPNU Sebelum Khitthah NU
IPNU telah melangkah menuju kemajuan dan kiprahnya telah diakui masyarakat. Namun pada perkembangannya tidak dapat mencapai puncak programnya, karena NU sebagai organisasi induknya pada saat itu masih terbawa arus politik sehingga ummat tidak menjadi perhatian utama.
VII. Kondisi IPNU Pasca Khitthah NU
Perkembangan pasca khittah NU dan Kongres Jombang sangat menggembi-rakan karena khittah mampu mencipatkan iklim yang kondusif bagi pengem-bangan organisasi.
Namun IPNU menyadari bahwa sumbangannya sendiri dan masyarakat luas belum banyak. Dan generasi muda sebagai tenaga potensial pembangunan nasional membutuhkan pembinaan, maka IPNU memandang mendesak adanya konsep Citra Diri IPNU dalam rangka meningkatkan keperansertaannya dalam pembangunan bangsa.
VIII. Hakikat IPNU
IPNU adalah wadah perjuangan pelajar NU untuk mensosialisasikan komitmen, nilai-nilai kebangsaan, keislaman, keilmuan, kekaderan, dan keterpelajaran dalam upaya penggalian dan pembinaan potensi sumberdaya anggota yang senantiasa mengamalkan kerja nyata demi tegaknya ajaran Islam Ahlussunnah wal Jamah dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
IX. Orientasi IPNU
Orientasi IPNU berpijak pada kesemestaaan organisasi dan anggotanya untuk senantiasa menempatkan pergerakan pada zona keterpelajaran dengan kaidah belajar, berjuang dan bertaqwa yang bercorak dasar dengan wawasan kebangsaan, keislaman, keilmuan, kekaderan, dan keterpelajaran.
1. Wawasan Kebangsaan, adalah wawasan yang dijiwai oleh asas kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan, yang mengakui kebhinnekaan sosial budaya, yang menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan, hakikat dan martabat manusia, yang memiliki komitmen dan kepedulian terhadap nasib bangsa dan negara berlandaskan prinsip keadilan, persamaan, dan demokrasi.
2. Wawasan Keislaman, adalah wawasan yang menempatkan ajaran agama Islam sebagai sumber motivasi dan inspirasi dalam memberikan makna dan arah pembangunan manusia, sehingga IPNU dalam bermasyarakat bersikap:
• Tawasuth dan I’tidal yakni menjunjung tinggi prinsip keadilan dan kejujuran, bersikap membangun dan menghindari tindakan dan kehendak dengan menggunakan kekuasaan dan kedhaliman,
• Tasamuh yaitu toleran terhadap perbedaan pendapat
• Tawazun yaitu seimbang dalam menjalin hubungan antara manusia dan Tuhannya, serta manusia dan lingkungannya.
• Amar Ma’ruf Nahi Mungkar yaitu memiliki kecenderungan untuk melaksanakan usaha perbaikan, serta mencegah kerusakan harkat manusia dan kerusakan lingkungan, mandiri, bebas, terbuka, dan bertanggung jawab, bersikap dan bertindak.
3. Wawasan Keilmuan, adalah wawasan yang menempatkan ilmu pengetahuan sebagai alat untuk mengembangkan kecerdasan anggota dan kader.
4. Wawasan Kekaderan, Wawasan yang menempatkan organisasi sebagai wadah untuk membina anggota agar menjadi kader-kader yang memiliki komitmen terhadap ideologi, cita-cita perjuangan organisasi, bertanggung jawab dalam mengembangkan dan membentengi organisasi. Membentuk pribadi yang menghayati dan mengamalkan ajaran islam ala Ahlussunah Wal Jama’ah, memiliki komitmen terhadap ilmu pengetahuian serta memiliki kemampuan teknis mengembangkan organisasai kepemimpinan, kemandirian dan kepopuleran.
5. Wawasan Keterpelajaran, adalah wawasan yang menempatkan organisasi dan anggota pada pementapan diri sebagai centre of excellence pemberdayaan sumbrer daya terdidik yang berilmu, berkeahlian dan visioner, memiliki strategi dan operasionalisasi yang berpihak kepada kebenaran, kejujuran serta amar ma’ruf nahi mungkar.
X. Posisi IPNU
a. Posisi Intern
IPNU sebagai perangkat dan badan otonom NU secara kelembagaan memiliki kedudukan yang sama dan sederajat dengan badan-badan otonom lain yaitu memiliki tugas utama melaksanakan kebijakan NU.
b. Posisi Ekstern
IPNU adalah bagian dari generasi muda Indonesia yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup bangsa dan negara Republik Indonesia dan merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya dan cita-cita perjuanagan Nahdlatul Ulama serta cita-cita bangsa Indonesia.
c. Fungsi
IPNU berfungsi sebagai:
• Wadah berhimpun pelejar NU untuk melanjutkan semangat, jiwa dan nilai-nilai Nahdliyah
• Wadah komunikasi pelajar NU untuk menggalang Ukhuwah Islamiyah dan mengembangkan syari’at Islam.
• Wadah kaderisasi pelajar NU untuk mempersiapkan kader-kader bangsa.
• Wadah aktualisasi pelajar NU dalam pelaksanaan dan pengembangan Syariat Islam
XI. Visi IPNU
Visi IPNU adalah terbentuknya putra putra bangsa yang bertaqwa kepada Allah SWT, berilmu, berakhlaq mulia dan berwawasan kebangsaan serta bertanggung jawab atas tegak dan terlaksananya Syariat Islam menurut faham Ahlussunnah wal Jama’ah yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
XII. Misi IPNU
1. Menghimpun dan membina pelajar Nahdlatul Ulama dalam satu wadah organisasi IPNU
2. Mempersiapkan kader-kader intelektual sebagai penerus perjuangan bangsa
3. Mengusahakan tercapainya tujuan organisasi dengan menyusun landasan program perjuangan sesuai dengan perkembangan masyarakat (maslahah Al-Amah), guna terwujudnya Khaira Ummah
4. Mengusahakan jalinan komunikasi dan kerjasama program dengan pihak lain selama tidak merugikan organisasi
XIII. Struktur Organisasi IPNU
1. Pimpinan tertinggi IPNU di ibu kota Negara disebut Pimpinan Pusat IPNU (PP IPNU)
2. Pimpinan IPNU di provinsi disebut Pimpinan Wilayah IPNU (PW IPNU)
3. Pimpinan IPNU di kabupaten/kota disebut Pimpinan Cabang IPNU (PC IPNU)
4. Pimpinan IPNU di kecamatan disebut Pimpinan Anak Cabang IPNU (PAC IPNU)
5. Pimpinan IPNU di desa/kelurahan disebut Pimpinan Ranting IPNU (PR IPNU)
6. Pimpinan IPNU di Lembaga Pendidikan perguruan tinggi, pondok pesantren, SLTP/MTs, SLTA/MA dan yang sederajat disebut Pimpinan Komisariat IPNU (PK IPNU)
XIV. Alumni IPNU yang Menjadi “Orang Besar”
IPNU sebagai salah satu organisasi pelajar yang berskala nasional telah menumbuhkan berbagai tokoh-tokoh yang mempunyai peran penting dalam kemajuan Bangsa Indonesia, khususnya ummat Islam. Tokoh-tokoh tersebut antara lain:
1. Bapak KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur)
• Mantan ketua IPNU Komisariat PP Tambakberas Jombang
• Mantan Presiden RI
• Ketua Dewan Syuro PKB
2. Bapak Prof. Dr. KH. M. Tolhah Hasan (Singosari)
• Duduk sebagai Ketua cabang IPNU Malang ketika masih di bangku SLTP
• Mantan Menteri Agama (Kabinet Indonesia Bersatu-Era Gus Dur)
• Pernah menghadap Bupati Malang dengan hanya memakai celana pendek (seragam SLTP pada waktu itu)
3. Bapak Dr. KH. A. Hasyim Muzadi (Malang)
• Mantan Ketua Cabang Tuban
• Ketua Pengurus Besar NU sekarang di Jakarta
• Sekjen ICIS (International Conference of Islamic Scholars – Forum silaturahmi ulama & cendekiawan Islam sedunia)
4. Bapak Hamzah Haz
• Mantan ketua Pengurus Cabang NU Kutai
• Mantan Wakil Presiden RI
• Ketua Umum DPP PPP
5. Ida Fauziah
• Anggota DPR RI – sekarang
• Ketua PPKB pusat – sekarang
6. Khofifah Indar Parawansa
• Mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan
• Ketua PP Muslimat NU – sekarang
• Dan masih banyak lagi tokoh-tokoh lainnya.
I. Khatimah
Dengan berbagai pemaparan di atas, maka diharapkan generasi-generasi penerus IPNU & IPPNU dapat memahami organisasi IPNU & IPPNU sampai dengan permasalahan yang sekecil-kecilnya. Dengan pemahaman dan keteladanan dari tokoh-tokoh pendahulu IPNU & IPPNU, kita dapat menjadi penerus perjuangan yang benar-benar berjuang mewujudkan kejayaan ummat Islam, khususnya warga Nahdliyin Semua itu untuk mencapai satu tujuan meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT sebagaimana motto IPNU & IPPNU “belajar, berjuang, dan bertaqwa”.
Cita-cita Kita:
“Terwujudnya pelajar-pelajar yang bertaqwa kepada Allah SWT,berilmu, inovatif, dan kreatif serta berguna dengan berdasarkan syariat Islam”

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More