SELAMAT DATANG DI WEBSITE PAC. IPNU-IPPNU PUJON "Semoga Bermanfaat

LAMBANG dan MOTTO

lambang IPNU-IPPNU yang ber motto belajar, berjuang dan mengabdi.

IPNU-IPPNU PUJON

IPNU-IPPNU siap untuk melestarikan Alam kapanpun dan dimanapun berada.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 13 Januari 2012

sejarah awal berdirinya IPNU

Posted by Pelajar Pujon 21.31, under | No comments

sejarah awal berdirinya IPNU


Masa Pra Kelahiran (1926-1954)
Maraknya Organisasi-organisasi Pelajar NU
Sejak berdirinya, Nahdlatul Ulama telah melahirkan neven-neven berdasarkan kelompok usia dengan faham Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja). Muslimat NU, GP Ansor, dan Fatayat NU yang terbentuk kala itu ternyata masih menyisakan suatu celah lowongnya pengkaderan, khususnya bagi para remaja usia sekolah.(1) Pemikiran untuk menghimpun para pelajar yang berusia belia ini bukan tidak ada, alih-alih beberapa organisasi pelajar yang berfaham Aswaja pada waktu itu sudah marak sejak masa pra kemerdekaan. Pada tanggal 11 Oktober 1936, putra-putra warga NU di Surabaya mendirikan perkumpulan bernama ‘Tsamrotul Mustafidin’. Di kota yang sama pada tahun 1939 didirikan pula sebuah perkumpulan yang dinamakan ‘Persatoean Santri NO’ (PERSANO). Di kota Malang menyusul lahirnya sebuah perkumpulan bernama ‘Persatoean Anak Moerid NO’ (PAMNO) pada tahun 1941 dan ‘Ikatan Moerid NO’ tahun 1945.
Di luar pulau Jawa berdiri beberapa perkumpulan diantaranya ‘Ijtimauttolabah NO’ (ITNO) tahun 1946 di Sumbawa yang memiliki persatuan sepak bola dengan nama ‘Ikatan Sepak Bola Peladjar NO’ (ISPNO).(2) Selain itu di Pulau Madura pada tahun 1945 didirikan sebuah perkumpulan bernama ‘Syubbanul Muslimin’. Lahirnya perkumpulan-perkumpulan pelajar di atas pada masa revolusi kemerdekaan merupakan bukti bahwa semangat berorganisasi dan berjuang di kalangan generasi muda, khususnya yang berfaham Aswaja, senantiasa menyala-nyala.
Pada tanggal 22 Oktober 1945 rapat besar wakil-wakil daerah Perhimpunan Nahdlatul Ulama seluruh Jawa/Madura mengeluarkan “Resolusi Jihad Fii Sabilillah” untuk mempertahankan dan menegakkan agama dan kedaulatan Republik Indonesia Merdeka. Situasi ini mendorong seluruh perkumpulan pelajar di kota-kota di atas untuk terjun langsung dalam kancah revolusi fisik menentang kembalinya penjajah Belanda. Hal ini merupakan sumbangsih para pelajar NU sekaligus bukti bahwa sejak mula generasi muda NU telah menunjukkan tebalnya semangat nasionalisme yang dilandasi kesadaran menegakkan dan mempertahankan kemerdekaan negara RI yang diproklamasikan tahun 1945.
Selama kurang lebih lima tahun sejak berdirinya republik, seluruh kekuatan bangsa Indonesia sedang diarahkan pada upaya mempertahankan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selama kurun itu ribuan syuhada gugur di medan laga dengan meninggalkan semangat yang terwariskan ke generasi berikutnya. Perjuangan diplomasi di kancah internasional pun tak kurang dilakukan oleh para pemimpin RI kala itu. Setelah perjuangan panjang yang melelahkan, akhirnya Belanda secara resmi mengakui kedaulatan RI pada bulan Desember 1949. Upacara pengakuan kedaulatan berjalan paralel di Jakarta dan di Belanda. Kehidupan di tanah air kemudian mulai berjalan normal, orang kembali sibuk dengan kegiatan kesehariannya, beberapa perkumpulan mulai marak mengadakan kegiatan, demikian pula Nahdlatul Ulama dan neven-nevennya.
Pada awal dekade 50-an mulai muncul semangat baru di kalangan generasi muda NU untuk bergerak. Perkumpulan-perkumpulan berfaham Aswaja yang lahir sebelum itu dipandang terlalu bersifat lokal di samping efektivitas organisasinya melemah seiring dengan pudarnya gaung revolusi yang mendominasi kelahiran perkumpulan-perkumpulan tersebut sehingga dipandang perlu mendirikan perkumpulan baru yang lebih berorientasi pada pengkaderan pelajar dan bersifat nasional. Kesadaran ini memperoleh bentuk yang kongkrit di beberapa tempat dengan berdirinya organisasi seperti ‘Ikatan Siswa Muballighin NO’ (IKSIMNO) pada tahun 1952 di Semarang dan ‘Persatuan Peladjar NO’ (PERPENO) pada tahun 1953 di Kediri.(3)Disusul oleh kota Bangil beberapa bulan kemudian dengan berdirinya ‘Ikatan Peladjar Islam NO’ (IPINO). Sementara itu pada awal tahun 1954 di kota Medan, Sumatera Utara, didirikan pula IPNO singkatan dari ‘Ikatan Peladjar NO’, yang sudah mirip dengan nama organisasi IPNU (singkatan dari ‘Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama’) yang lahir kurang lebih dua bulan kemudian.
Kelahiran IPNU
Realitas akan keberadaan perkumpulan yang demikian banyak tersebut menunjukkan betapa tinggi antusiasme berorganisasi di kalangan remaja NU. Namun, pada masa itu keberadaan mereka masing-masing tidak saling mengenal kendati memiliki beberapa titik kesamaan, khususnya pada nilai-nilai kepelajaran dan faham Aswaja. Titik-titik kesamaan ini memberikan inspirasi bagi para pelopor pendiri organisasi -yang nantinya bernama IPNU- untuk menyatukan seluruh perkumpulan tersebut ke dalam satu wadah resmi di bawah payung PB Nahdlatul Ulama. Gagasan ini disampaikan dalam Konperensi Besar LP Ma’arif NU pada bulan Februari 1954 di Semarang oleh pelajar-pelajar dari Yogyakarta, Surakarta, dan Semarang, yaitu M. Sofyan Kholil, Mustahal, Ahmad Masyhud, dan Abdulgani Farida M. Uda. Atas usul para pelajar ini, pada tanggal 24 Februari 1954 bertepatan dengan 20 Jumadil Akhir 1373 H, konbes Ma’arif menyetujui berdirinya organisasi Ikatan Peladjar Nahdlatul Ulama (IPNU) dengan Ketua Pimpinan Pusat Mohammad Tolchah Mansoer yang saat itu tidak hadir dalam konperensi.
IPNU ketika didirikan adalah sebagai anak asuhan LP Ma’arif NU. Baru pada kongres yang keenam di Surabaya, IPNU -dan juga nantinya IPPNU- menjadi badan otonom di bawah PBNU. IPNU tampak semakin melangkah maju dengan diadakannya Konperensi Segi Lima yang terdiri dari utusan-utusan dari Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Jombang dan Kediri pada tanggal 29 April-1 Mei 1954 di Surakarta. Dalam konperensi tersebut diputuskan bahwa organisasi ini berasaskan Ahlussunnah wal Jama’ah, hanya beranggotakan putra saja yang berasal dari pesantren, madrasah, sekolah umum dan perguruan tinggi. Pendirian IPNU bertujuan untuk menegakkan dan menyiarkan agama Islam, meninggikan dan menyempurnakan pendidikan serta ajaran-ajaran Islam, dan menghimpun seluruh potensi pelajar Islam yang berfaham Ahlussunnah wal jama’ah, tidak hanya mereka yang berasal dari sekolah-sekolah NU saja.(4)
Untuk lebih memperkokoh eksistensinya, IPNU mengirimkan wakil dalam Muktamar NU ke-20 pada tanggal 9-14 September 1954 di Surabaya. Delegasi PP IPNU terdiri dari M. Sofyan Kholil, M. Najib Abdulwahab, Abdulgani Farida M. Uda, dan M. Asro yang dipimpin sendiri oleh ketua PP IPNU M. Tolchah Mansoer. Dalam sidang tanggal 14 September 1954, Tolchah mengemukakan urgensi organisasi IPNU yang kemudian mendapat pengakuan bulat oleh Muktamar NU sebagai organisasi pelajar dalam lingkungan NU dengan persyaratan bahwa anggota IPNU hanya putra saja, sedangkan untuk putri diadakan suatu organisasi secara sendiri.(5) Bahkan dalam sidang gabungan delegasi Muslimat-Fatayat dalam muktamar tersebut diputuskan bahwa harus ada organisasi serupa IPNU untuk menampung pelajar-pelajar putri di lingkungan NU ke dalam suatu wadah tersendiri.(6) Keputusan mengenai “suatu wadah tersendiri” inilah yang tampaknya nanti akan mewarnai berdirinya organisasi yang kelak bernama IPPNU.
Muktamar Surabaya ini adalah muktamar pertama semenjak NU menjadi partai politik, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa seluruh perhatian muktamirin dicurahkan pada persoalan politik untuk menghadapi pemilu 1955 yang akan berlangsung pada 29 September 1955 untuk anggota DPR dan 15 Desember untuk anggota Konstituante. Gagasan penggalangan potensi pelajar di lingkungan NU tampaknya memberikan tenaga tambahan sebagai upaya konsolidasi seluruh potensi NU menghadapi momentum pemilu. Tidak heran jika pada akhirnya muktamirin menerima secara bulat dibentuknya organisasi pelajar di lingkungan NU. Terlebih Masyumi yang dianggap sebagai rival utama NU, sudah memiliki organisasi pelajar yang tertata rapi yaitu Pelajar Islam Indonesia (PII).
Beberapa bulan kemudian, yakni pada tanggal 28 Februari-5 Maret 1955, IPNU mengadakan muktamar yang pertama di kota Malang, Jawa Timur. Dalam kurun waktu setahun sejak berdirinya -menjelang muktamar yang pertama tersebut- IPNU berhasil meluas hingga ke propinsi-propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Barat, Sumatera Selatan, Sulawesi Tengah, Kalimantan Timur dan DKI Jakarta.(7) Muktamar ini diikuti oleh lebih dari tiga puluh cabang dan beberapa undangan dari pesantren. Gegap gempitanya muktamar ini semakin meriah dengan kehadiran Presiden Soekarno bersama Wakil PM Zainul Arifin dan Menteri Agama K.H. Masykur yang berkenan memberi wejangan kepada muktamirin serta warga Malang yang saat pembukaan muktamar tumpah ruah di halaman pendopo kabupaten Malang. Hadir pula Rois ‘Aam NU K.H. Abdulwahab Chasbullah, Ketua Umum Partai NU K.H. Dachlan dan Ketua Umum PB Ma’arif NU K.H. Syukri Ghozali. Maraknya pemberitaan media massa tentang Muktamar I IPNU di tengah suasana menjelang pemilu pertama sejak Indonesia merdeka dan dikonsolidasikannya segenap kekuatan NU yang sejak tahun 1952 berubah menjadi partai politik tersendiri setelah terpisah dari Masyumi, tak pelak lagi membawa nuansa politik yang teramat kental di arena kongres. Terlebih lagi kongres tersebut dibuka secara langsung oleh Presiden Soekarno yang memang sedang menggalang dukungan di tingkat grass root yang mulai pudar karena rakyat disibukkan dengan konsolidasi partai-partai politik menjelang pemilu 1955.
Delegasi dari cikal bakal IPPNU sebenarnya ikut hadir dalam pembukaan muktamar, namun kontribusi mereka terhadap perhelatan nasional organisasi pelajar NU tampak masih belum terlalu menyolok. Dalam uraian selanjutnya akan dibahas awal kelahiran IPPNU dan bagaimana perjalanan para pelajar putri NU sampai mereka hadir di ajang muktamar IPNU di atas.
=============
Catatan-catatan:
(1) Gerakan Pemuda Ansor didirikan pada tanggal 24 April 1934 di Banyuwangi Jawa Timur. Dibesarkan dalam tradisi kepanduan, Ansor banyak berperan dalam pembentukan barisan Hizbullah semasa perang kemerdekaan. Tokoh-tokoh pendiri Ansor diantaranya K.H. Thohir Bakri, K.H. Machfudz Sidiq, K.H.A Wahid Hasyim dan K.H. Abdullah Ubaid (lihat “Direktori Organisasi Pemuda Indonesia”, Jakarta: Kantor Menpora, 1997).
(2) Keterangan ini dikutip dari “Sedjarah Perdjuangan IPNU dari Masa ke Masa” (Jakarta: Yayasan Lima empat, 1966) h. 7. Selanjutnya dikutip “Sedjarah Perdjuangan IPNU”. Namun organisasi yang memiliki nama yang hampir serupa yaitu ‘Ijtimaut Tholabiyah’ didirikan di Madura pada tahun 1945 menurut buku “IPNU-IPPNU Jawa Timur dari Masa ke Masa” (Surabaya: PW IPNU-IPPNU Jawa Timur, 1982) h. 4. Selanjutnya dikutip “IPNU-IPPNU Jawa Timur”.
(3) “Sedjarah Perdjuangan IPNU” h. 8. Dalam “IPNU-IPPNU Jawa Timur” disebutkan lahirnya Ikatan Muballigh NU di Semarang pada tahun 1950.
(4) “Sedjarah Perdjuangan IPNU” h. 8.
(5) Ibid h. 9.
(6) Fatayat NU didirikan di Surabaya pada tanggal 24 April 1950 dengan prakarsa Nihayah Bakri, Aminah Mansur, dan Chuzaimah Mansur.
(7) Sambutan ketua umum PP IPNU pada Buku Panduan Muktamar I IPNU 28 Februari-5 Maret 1955 di Malang.

Kamis, 12 Januari 2012

Posted by Pelajar Pujon 17.26, under | No comments

Senin, 09 Januari 2012

Susunan Pengurus Ipnu PAC Pujon

Posted by Pelajar Pujon 06.25, under | No comments

ketua : Supriadi P.A
sekretaris : Masikul Ilma
Bendahara : bahrudin amin

Tenanglah Wahai Hati

Posted by Pelajar Pujon 03.51, under | No comments

Setiap hari kita ketawa. Setiap hari kita jumpa kawan. Setiap hari kita dapat apa yang kita nak. Tapi.. kenapa hati kita tak gembira? Kita sembahyang setiap hari. Kita berdoa selalu pada Allah. Kita minta sungguh-sungguh pada Allah. Tapi.. kenapa susah sangat doa kita nak makbul? Sedangkan Allah ada berfirman. "Berdoalah pada Ku, nescaya akan Ku kabulkan...,"

Apa masalah kita? 


Hati kita tak gembira sebab kita tak pernah bersyukur dengan apa yang kita ada. Kita tak pernah nak menghargai setiap nikmat yang kita dapat. Kita asyik memikirkan benda yang kita tak ada, sampai kita lupa melihat nikmat sekeliling kita.

Kita berdoa, tapi kenapa payah sangat doa kita Allah nak makbulkan? 

Sebab kita asyik meminta pada Allah, tapi kita tak pernah minta ampun pada Allah, sedangkan dosa-dosa kita terlampau banyak pada Allah. Alangkah tidak malunya kita. Kita merintih, kita merayu agar Allah makbulkan doa kita. Tapi, lepas kita dapat kesenangan kita lupa pada Allah, kita tak bersyukur pada Allah. Bila dah datang kesusahan, baru nak ingat Allah balik. Baru nak menangis, merintih.. minta Allah pandang kita. Macam mana Allah nak makbulkan doa kita?
Cuba kita renung diri kita. Cuba hitung, berapa kali kita sebut kalimah syukur dalam satu hari? Tak payah seminggu, cukuplah sehari sahaja. Berapa kali agaknya? Itupun kalau ada sebut la..

Pernah kita bangun malam, solat sunat... solat tahajud.. solat taubat? Pernah? Ada... waktu zaman sekolah dulu. Itupun, lepas kena ketuk dengan warden, suruh bangun. Lepas tu... ada? Ada... time dah nak exam... waktu rasa result macam ada aura nak gagal. Siap buat solat hajat lagi! Lepas dapat result tu, ada tak buat sujud syukur? Hmm... entah la, tak ingat pulak.

Hari-hari kita buat baik. Kita tolong orang. Kita sedekah dekat orang. Kita buat macam-macam. Tapi kenapa kita tak dapat nak rasa kemanisan setiap perbuatan yang kita lakukan tu? Hati kita tetap juga tak tenang. Kenapa ye? Sebab dalam hati kita tak ada sifat ikhlas. Mulut cakap ikhlas, hati kata lain. Macam mana tu? Kita tolong orang sebab nak harapkan balasan. Nakkan pujian. Nakkan nama. Kita riak dengan setiap kebaikan yang kita buat. Macam mana hati nak tenang? Bila dapat kejayaan, kita bangga dengan apa yang kita ada. Mula nak menunjuk-nunjuk dekat orang. Sampai lupa siapa sebenarnya yang bagi kejayaan tu dekat kita.

Alangkah tidak malunya kita..., Allah ciptakan kita sebagai khalifah di bumi ni. Kitalah sebaik-baik kejadian yang Allah pernah ciptakan sehinggakan semua makhluk sujud pada bapa kita, Nabi Adam kecuali Iblis Laknatullah. Betapa Allah muliakan kejadian manusia. Tapi, kita sendiri tidak memelihara diri kita. Kita lupa tanggungjawab kita sebagai hamba. Kita lupa kepada yang mencipta diri kita. Bahkan, kita alpa dengan nikmat yang ada. Nabi Muhammad s.a.w, pada saat malaikat ingin mencabut nyawa Baginda, Baginda masih memikirkan umat-umatnya. Ummati! Ummati! Sampai begitu sekali sayang Rasulullah pada kita. Tapi kita....? Kita lupa pada Baginda Rasul. Berat benar lidah kita nak berselawat ke atas baginda.

Macam mana hati kita nak tenang? 

Lembutkanlah hati kita. Tundukkanlah diri kita pada Allah. Bersyukur dengan nikmat yang Allah pinjamkan pada kita. Semua itu tidak akan kekal. Bila-bila masa Allah boleh tarik balik semua itu. Ikhlaskanlah hati dalam setiap perkara yang kita buat.

Sesungguhnya, hanya Allah sahaja yang berkuasa menilai keikhlasan hati kita. Insya Allah, kita akan dapat merasai kelazatan halawatul iman itu sendiri. Tenanglah dikau wahai hati...
Muktamar XI Jam'iyyah Ahlith Thariqah Al Mu'tabaroh An Nahdliyyah rencana akan diselenggarakan di PP. Al Munawwariyyah Jl. Sudimoro no. 9 Bululawang - Kab. Malang, pada tanggal, 21 - 25 Desember 2011 / 25 - 29 Muharram 1433.
 
Pengantar PDF Cetak Surel
Thoriqoh merupakan salah satu amaliyah keagamaan dalam Islam yang sebenarnya sudah ada sejak jaman Nabi Muhammad SAW. Bahkan perilaku kehidupan Beliau sehari-hari adalah praktek kehidupan rohani yang dijadikan rujukan utama oleh para pengamal thoriqoh dari generasi ke generasi sampai sekarang ini.

Thoriqoh adalah suatu praktek perbuatan untuk membersihkan hati dan membersihkan relung-relung hati dari karatnya kelalaian dan salah pahamnya kebutuhan. Relung-relung hati itu tidak bisa suci (bersih) kecuali dengan dzikir kepada Allah SWT. dengan cara tertentu. Oleh karena itu wajib bagi setiap mu’min (muslim) setelah mengetahui ‘aqidatul ‘awam (50 sifat wajib, mustahil, dan jaiz bagi Allah SWT. dan para Rasul-Nya) dan pekerjaan-pekerjaan harian yang disyariatkan Allah SWT, berupa sholat (yang meliputi syarat-syarat, rukun-rukun dan hal-hal yang membatalkannya), zakat, puasa, dan haji untuk meningkatkan diri dan memasuki thoriqoh dzikir dengan cara khusus/tertentu.
oleh Habib Muhammad Luthfiy bin Ali bin Hasyim bin Yahya
Muktamar XI Jam'iyyah Ahlith Thariqah Al Mu'tabaroh An Nahdliyyah rencana akan diselenggarakan di PP. Al Munawwariyyah Jl. Sudimoro no. 9 Bululawang - Kab. Malang, pada tanggal, 21 - 25 Desember 2011 / 25 - 29 Muharram 1433.
 
Pengantar PDF Cetak Surel
Thoriqoh merupakan salah satu amaliyah keagamaan dalam Islam yang sebenarnya sudah ada sejak jaman Nabi Muhammad SAW. Bahkan perilaku kehidupan Beliau sehari-hari adalah praktek kehidupan rohani yang dijadikan rujukan utama oleh para pengamal thoriqoh dari generasi ke generasi sampai sekarang ini.

Thoriqoh adalah suatu praktek perbuatan untuk membersihkan hati dan membersihkan relung-relung hati dari karatnya kelalaian dan salah pahamnya kebutuhan. Relung-relung hati itu tidak bisa suci (bersih) kecuali dengan dzikir kepada Allah SWT. dengan cara tertentu. Oleh karena itu wajib bagi setiap mu’min (muslim) setelah mengetahui ‘aqidatul ‘awam (50 sifat wajib, mustahil, dan jaiz bagi Allah SWT. dan para Rasul-Nya) dan pekerjaan-pekerjaan harian yang disyariatkan Allah SWT, berupa sholat (yang meliputi syarat-syarat, rukun-rukun dan hal-hal yang membatalkannya), zakat, puasa, dan haji untuk meningkatkan diri dan memasuki thoriqoh dzikir dengan cara khusus/tertentu.
oleh Habib Muhammad Luthfiy bin Ali bin Hasyim bin Yahya
Muktamar XI Jam'iyyah Ahlith Thariqah Al Mu'tabaroh An Nahdliyyah rencana akan diselenggarakan di PP. Al Munawwariyyah Jl. Sudimoro no. 9 Bululawang - Kab. Malang, pada tanggal, 21 - 25 Desember 2011 / 25 - 29 Muharram 1433.
 
Pengantar PDF Cetak Surel
Thoriqoh merupakan salah satu amaliyah keagamaan dalam Islam yang sebenarnya sudah ada sejak jaman Nabi Muhammad SAW. Bahkan perilaku kehidupan Beliau sehari-hari adalah praktek kehidupan rohani yang dijadikan rujukan utama oleh para pengamal thoriqoh dari generasi ke generasi sampai sekarang ini.

Thoriqoh adalah suatu praktek perbuatan untuk membersihkan hati dan membersihkan relung-relung hati dari karatnya kelalaian dan salah pahamnya kebutuhan. Relung-relung hati itu tidak bisa suci (bersih) kecuali dengan dzikir kepada Allah SWT. dengan cara tertentu. Oleh karena itu wajib bagi setiap mu’min (muslim) setelah mengetahui ‘aqidatul ‘awam (50 sifat wajib, mustahil, dan jaiz bagi Allah SWT. dan para Rasul-Nya) dan pekerjaan-pekerjaan harian yang disyariatkan Allah SWT, berupa sholat (yang meliputi syarat-syarat, rukun-rukun dan hal-hal yang membatalkannya), zakat, puasa, dan haji untuk meningkatkan diri dan memasuki thoriqoh dzikir dengan cara khusus/tertentu.
oleh Habib Muhammad Luthfiy bin Ali bin Hasyim bin Yahya
Muktamar XI Jam'iyyah Ahlith Thariqah Al Mu'tabaroh An Nahdliyyah rencana akan diselenggarakan di PP. Al Munawwariyyah Jl. Sudimoro no. 9 Bululawang - Kab. Malang, pada tanggal, 21 - 25 Desember 2011 / 25 - 29 Muharram 1433.
 
Pengantar PDF Cetak Surel
Thoriqoh merupakan salah satu amaliyah keagamaan dalam Islam yang sebenarnya sudah ada sejak jaman Nabi Muhammad SAW. Bahkan perilaku kehidupan Beliau sehari-hari adalah praktek kehidupan rohani yang dijadikan rujukan utama oleh para pengamal thoriqoh dari generasi ke generasi sampai sekarang ini.

Thoriqoh adalah suatu praktek perbuatan untuk membersihkan hati dan membersihkan relung-relung hati dari karatnya kelalaian dan salah pahamnya kebutuhan. Relung-relung hati itu tidak bisa suci (bersih) kecuali dengan dzikir kepada Allah SWT. dengan cara tertentu. Oleh karena itu wajib bagi setiap mu’min (muslim) setelah mengetahui ‘aqidatul ‘awam (50 sifat wajib, mustahil, dan jaiz bagi Allah SWT. dan para Rasul-Nya) dan pekerjaan-pekerjaan harian yang disyariatkan Allah SWT, berupa sholat (yang meliputi syarat-syarat, rukun-rukun dan hal-hal yang membatalkannya), zakat, puasa, dan haji untuk meningkatkan diri dan memasuki thoriqoh dzikir dengan cara khusus/tertentu.
oleh Habib Muhammad Luthfiy bin Ali bin Hasyim bin Yahya

Jumat, 30 Desember 2011

Foto Kegiatan MAKESTA

Posted by Pelajar Pujon 15.30, under | No comments















Kamis, 29 Desember 2011

Haluan Aswaja NU

Posted by Pelajar Pujon 23.37, under | No comments

Para pendiri NU yang diorganisir oleh Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari, KH. A. Wahab Chasbullah, KH. Bisri Syansuri, KH. Kholil Bangkalan, dan ulama nusantara lainnya ternyata telah berpikir begitu maju melampaui masa mereka sendiri. Di mana gagasan utama manhaj pengorganisasian NU yang mereka dirikan ditetapkan berhaluan Islam keagamaan Ahl as-Sunnah wa al-Ja­ma­ah (Aswaja).

Nahdlatul Ulama (NU) sejak berdirinya merupakan organisasi sosial ke­agamaan yang tidak pernah lepas dari corak keagamaan Aswaja atau Sunni. Organisasi ini secara tegas memproklamirkan dirinya se­­ba­gai penganut setia paham keagamaan Aswaja sebagai pola kehidupannya. Apalagi jika ditelusuri lebih jauh, para penggagas berdirinya or­­ga­­ni­sasi ini memiliki jaringan mata rantai yang kuat dengan para ulama Hara­main pada masa kekuasaan Turki Utsmani yang notabene berhaluan Sunni.

Aswaja pada hakikatnya adalah ajaran Islam yang diajarkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya. Oleh karena itu sesungguhnya secara embrional Aswaja sudah muncul sejak Islam itu sendiri. Menurut terminologi ini, sebenarnya penganut paham Sunni tidak hanya NU saja, melainkan hampir semua umat Islam. Namun demikian, Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari menggariskan batasan terminologi Aswaja sebagaimana tertulis dalam Qanun Asasi sebagai pengikut salah satu dari empat imam mazhab fikih, yaitu Hanafi, Maliki, Hambali dan Syafi’i.

Ajaran Aswaja yang dikembangkan oleh NU berporos pada tiga ajaran pokok, yaitu dalam bidang ‘aqidah mengikuti Abu Hasan al-Asy’ari dan Abu Mansur al-Maturidi, dalam bidang fikih mengikuti salah satu mazhab fikih yang empat dan dalam bidang tasawuf mengikuti Abu Hamid al-Ghazali dan al-Juwaini. Hal ini tentu berbeda dengan kelompok Islam modernis yang tidak membenarkan segala bentuk tarekat yang mengajarkan asketisme dan pengulangan bacaan-bacaan dzikir. Sebaliknya, para kiyai menganggap bahwa praktek-praktek tarekat merupakan salah satu inti ajaran dan praktek ritual dalam Islam.

Formulasi pemahaman keagamaan Aswaja sebagaimana yang dikembangkan NU menyangkut tiga bidang, yaitu Aqidah, Fikih dan Tasawuf, mengidealkan pada kerangka pemahaman keagamaan yang komprehensif. Ketiganya merupakan satu kesatuan sistem ajaran yang integral dan saling mengisi.



Fikrah Nahdliyyah
Paradigma keagamaan Ahl as-Sunnah wa al-Ja­ma­ah yang dianut oleh NU ini dirumuskan para ulama ke dalam fikrah nahdliyyah (landasan berpikir) berikut:  moderat (mutawassith), adil (i’tidal), seimbang (tawazun), musyawarah (tasyawur), dan toleransi (tasamuh) dan sebagainya. Istilah-istilah ini begitu Qurani dan berangkat dari nilai-nilai kehidupan Islam yang begitu mulia serta sangat relevan dikembangkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan beragama sepanjang sejarah. Sebab, di dalamnya mengandung genuine Islam yang rahmatan lil ’alamin (berlaku universal).

Mutawassith (tawassuth) atau garis tengah adalah cara membawakan atau menampilkan agama yang kontekstual, sedangkan i’tidal adalah menyangkut kebenaran kognitifnya. Jadi tawassuth dan i’tidal merupakan pengertian terhadap Islam yang tepat dan benar, kemudian dibawakan atau ditampilkan di tengah-tengah masyarakat dengan metodologi yang tepat pula. Dengan kata lain tawassuth dan i’tidal sebagai suatu sikap yang mengambil posisi di tengah, tetapi jalannya lurus.

Dalam implementasinya di tengah-tengah masyarakat NU menggunakan tiga pendekatan: Pertama, Fikih Ahkam, dalam rangka menentukan hukum fikih dan ini berlaku bagi umat yang sudah siap melakukan hukum positif Islam (umat ijabah). Jadi, ini untuk mereka yang sudah mapan keislamannya. Kedua fikih dakwah, dalam rangka mengembangkan agama di kalangan masyarakat luas yang masih awam terhadap Islam. Pengembangannya lewat bimbingan dan pembinaan (guidance and counceling) secara terus menerus. Pendekatan dakwah ini, untuk memperbaiki orang dari kejelekannya. Ketiga, fikih siyasah, bagaimana membawakan hubungan agama dengan politik, dan kekuasaan negara serta hubungan internasional. Pendekatan politik ini, adalah cara menerapkan Islam sebaik-baiknya dalam konteks kenegaraan dan kebangsaan sehingga tidak menimbulkan kontradiksi yang tidak diperlukan.

Menegakkan ta’adul dalam Islam adalah suatu kewajiban dalam seluruh tingkat dan aspek kehidupannya. Prinsip ini mengandung makna ketidakberpihakan yang berat sebelah atau melakukan perbedaan yang inkontitusional menurut hukum yang berlaku. Keadilan juga merupakan keselarasan sikap antara pandangan dan kenyataan.

Tawazun atau keseimbangan menyiratkan sikap dan gerakan moderasi. Sikap tengah ini mempunyai komitmen kepada masalah keadilan, kemanusiaan dan persamaan dan bukan berarti tidak mempunyai pendapat. Artinya sikap NU tegas, tetapi tidak keras – sebab senantiasa berpihak kepada keadilan, hanya saja berpihaknya diatur agar tidak merugikan yang lain. Tawazun merupakan suatu bentuk pandangan yang melakukan sesuatu secukupnya, tidak berlebihan dan juga tidak kurang, tidak ekstrim dan tidak liberal.

Musyawarah (tasyawur) dan toleransi (tasamuh) adalah bagian dari nilai etika sosial Islami. Umat Islam harus menampilkan wajah damai dan mewadahi upaya pencarian solusi terhadap seluruh persoalan yang dihadapi masyarakat, negara dan agama. Ini adalah gerakan moral yang menjunjung tinggi martabat kemanusiaan yang majemuk.

Musyawarah dalam Islam tidak hanya dinilai sebagai prosedur pengambilan keputusan yang direkomendasikan, tetapi juga merupakan tugas keagamaan (wa syawirhum fi al-amr: Ali Imran ayat 159). Dengan bermusyawarah akan tercipta kehidupan demokratis, terbuka dan menganggap orang lain dapat memberikan alternatif dalam memutuskan persoalan yang dihadapi sehingga terjalin kehidupan yang dinamis.

Dengan tasamuh umat Islam diharapkan dapat berpikir dan bersikap tidak melakukan diskriminasi atas dasar perbedaan suku bangsa, harta kekayaan, status sosial, dan atribut-atribut keduniaan lainnya. Itulah sebabnya Islam mencabut akar-akar fanatisme Jahiliyah yang saling berbangga diri dengan agama (keyakinan), keturunan, dan ras.

Melalui prinsip-prinsip tersebut, NU selalu mengambil posisi sikap akomodatif, toleran dan menghindari sikap ekstrim dalam berhadapan dengan spektrum budaya apapun. Sebab paradigma Aswaja di sini mencerminkan sikap NU yang selalu dikalkulasikan atas dasar pertimbangan hukum yang bermuara pada aspek mashlahah dan mafsadah. Inilah nilai-nilai yang melekat di tubuh NU yang menjadi penilaian dan pencitraan Islam rahmatan lil ‘alamin di mata dunia.



Tantangan Nahdliyyin di Sumut
Seperti diketahui, sejak agama Islam masuk ke Sumatera Utara sampai awal abad ke-21 dewasa ini, umat Islam di daerah ini hanya mengenal paham Ahlu Sunnah wa al-Jamaah dengan corak pemahaman keagamaan tradisional. Corak pemahaman Umat Islam sangat akrab dengan pengajaran sifat dua puluh (konsep tauhid Abu Hasan Al-Asy’ari), beribadah dengan mengikuti mazhab besar Islam (Imam Syafi`i), serta mengamalkan tasawuf (tariqat mu’tabarah). Sampai sekarang umat Islam Sumatera Utara yang disebut “kaum tua” ini masih merupakan mayoritas menganut paham Aswaja.

Namun sejak awal abad 20 pengikut Aswaja mulai digugat oleh kelompok sempalan. Aqidah dan pengamalan mereka diklaim tidak lurus, seolah sarat kesyirikan dan bid’ah, sangat tradisional, tidak peduli perkembangan sains dan teknologi, buta politik, tidak memiliki gairah memajukan dunia, dan banyak lagi tuduhan negatif lainnya.

Pada di sisi lain pengikut Aswaja juga banyak mengalami persoalan internal. Sebagian besar mereka tidak paham doktrin Aswaja, mereka hanya sebagai pewaris kultur Aswaja tanpa disertai pengetahuan yang memadai. Basis organisasi dan politik pengikut Aswaja ini juga tidak kukuh, karena tidak memiliki pemimpin kharismatik dan tidak dikelola dengan manejemen yang rapi. Mayoritas pengikut Aswaja -- yang mayoritas tinggal di pedesaan -- juga berada pada garis kemiskinan, tidak memiliki akses yang memadai pada sumber-sumber ekonomi dsb.

Sepertinya, pengikut Aswaja di daerah Sumut ini tidak berdaya dan tidak memiliki daya tawar untuk melawan arus ideologi, faham keagamaan, dan gerakan politik yang terus menyebar agitasi. Karena ketidakberdayaan itu, mereka seolah bungkam seribu bahasa; pengikut Aswaja menjadi silent majority yang suaranya nyaris tidak terdengar, dan aspirasinya lenyap di tengah hiruk-pikuk modernisasi; mereka ditinggalkan setelah kelompok-kelompok kepentingan mendapatkan apa yang dicita-citakannya.

Maka di usia NU yang ke-85 ini NU harus berbenah diri dan kembali ke Khittah tahun 1926 untuk berkhidmat kepada umat dan bangsa melalui tradisi ulama dan pesantren. Lahan garapan NU sejauh ini sudah sangat jelas, para ustadz pesantren, guru madrasah, pemberdayaan masjid dan lainnya. Program yang disusun hendaknya selalu merujuk kepada kebutuhan warga NU dan masyarakat dengan membangun sinergi bersama lembaga dan banom di dalam NU.

Selama ini ada kesan bahwa NU bukan lagi organisasinya anggota, tetapi organisasi para pengurus. Anggapan itu terjadi karena banyak fungsionaris organisasi yang tidak berkhidmat pada umat, tetapi hanya menggunakan organisasi untuk memenuhi kepentingannya sendiri. Kalaupun ada perilaku sejumlah orang yang seperti itu tetapi kehadiran NU sebagai organisasi milik warga, milik umat tidak bisa dipungkiri. Bisa kita saksikan setiap menjelang ada kegiatan besar, baik Harlah, Munas Alim Ulama apalagi Muktamar, hampir seluruh warga nahdliyin baik yang pengurus, para ulama, para warga biasa hingga para simpatisannya berpikir keras, bersuara pentingnya perbaikan dan penataan NU untuk mengantisipasi masa depan yang lebih baik.

Biasanya setahun menjelang muktamar berbagai pemikiran ke-NU-an telah bermunculan, baik melalui diskusi-diskusi, seminar hingga lokakarya, hal itu terjadi di semua tingkatan, mulai anak cabang di kecamatan, di level cabang, wilayah hingga pengurus besar. Semuanya peduli terhadap masa depan NU, mereka berpikir dan bertindak tanpa disuruh dan tentu saja tidak bisa dilarang, tetapi semuanya sepakat untuk tetap mempertahankan kebesaran NU. Semuanya itu menunjukkan bahwa komitmen warga NU terhadap NU masih sangat besar. Memang perkembangan ini sempat menggusarkan beberapa pengurus NU, tetapi perkembangan ini sebenarnya sangat positif untuk mengukur komitmen mereka pada organisasi ini.


Harapan di  Usia 85 Tahun
Pada dasarnya muhasabah Nahdliyyin tahun 2011 ini meliputi tiga hal besar yaitu: Pertama, menegaskan NU sebagai organisasi pembela Aswaja, sebagai sebuah madzhab Islam yang luas dan moderat, yang telah berkelindan dengan nilai kenusantaraan, sehingga memiliki akar dengan tradisi dan budaya setempat. Hal itu yang membuat agama ini diterima sebagai warisan bukan sebagai cangkokan.

Kedua, karena Islam Aswaja memiliki akar kultural maka dengan sendirinya memiliki spirit kebangsaan yang sangat kuat, sehingga keduanya susah dipisahkan. Karena itu, ketiga, membenahi NU itu sama dengan membenahi negara dan bangsa ini secara keseluruhan, apalagi sebagian besar warga negara Indonesia adalah warga NU.

Dengan posisi sosial seperti itu maka wajar kalau NU selalu menjadi pemikiran dan perbincangan warganya maupun pihak lain, karena NU memiliki kekuatan yang nyata dalam kehidupan bangsa ini. Hanya saja belakangan ini, ketika sistem politik liberal diterapkan, yang berakibat memudarkan seluruh ikatan sosial dan tata nilai yang selama ini berkembang membuat semua organisasi dan institusi sosial yang ada mengalami kepudaran, termasuk NU. Mengingat adanya kondisi seperti itu kalangan NU tidak berhenti mengingatkan akan bahaya tersebut, yang akan menggerogoti komitmen keislaman dan ke-NU-an termasuk komitmen kebangsaan.

Semuanya ini telah terjadi karena itu kalangan ulama dan intelektual terus-menerus mengingatkan bahaya ini, tidak hanya untuk menyelamatkan NU tetapi juga untuk menyelamatkan eksistensi bangsa Indonesia. Bila bangsa ini kehilangan karakter, maka akan kehilangan identitas, bila telah kehilangan identitas, maka akan kehilangan kedaulatan, kekuasaan dan kesejahteraan, sebab semuanya akan direbut oleh kekuatan lain  yang memang ingin menjajah kembali negeri ini baik secara mental maupun secara politik.

PANDUAN LAKMUD

Posted by Pelajar Pujon 22.43, under | No comments


II. LATIHAN KADER MUDA(LAKMUD)

A. Materi Pelatihan
1.   Perkenalan
a.    Pokok bahasan :
  Perkenalan identitas peserta dan pelatih, seperti  nama, alamat, status, hobbi dll.
b.    Tujuan :
1.    Tercapainya suasanan interaksi yang hangat, akrab dan saling terbuka diantara sesama peserta dan antara peserta dan Pelatih, sehingga memungkinkan berlangsungnnya kegiatan pelatihan yang partisipatif.
2.    Tercapainya suasana yang membantu peserta untuk saling membuka diri dan saling memahami, sehingga mempermudah proses interaksi antara sesama peserta pada acara-acara berikutnya.
c.    Metode :
Permainan kartu bergambar
d.    Media :
1.    Kertas manila
2.    Pulpen
3.    Kertas plano dan spidol
e.    Waktu :
120 menit
f.    Proses kegiatan :
1.    Peserta duduk melingkar tanpa ada yang menghalangi.
2.    Pelatih menerangkan maksud dari materi perkenalan ini, setelah itu membagikan kertas kepada setiap peserta.
3.    Setiap peserta menggambarkan dirinya dalam bentuk apapun (sketsa, lukisan, kata-kata, dll) kedalam kertas itu, misalnya nama, tempat tinggal, pekerjaan, orang-orang disekitarnya, hobi dsb. Gambar tidak harus bagus yang penting kita dapat mengetahui sesuatu tentang orang yang menggambarkannya.
4.    Setelah selesai, semua kertas dikumpulkan menjadi satu, masing-masing peserta mengambil satu kartu lalu dia harus menebak gambar itu milik siapa dan menceritakan apa yang dilihat dalam kartu tersebut.
5.    yang merasa membuat kartu tersebut dipersilahkan kedepan untuk menambah keterangan gambarnya.
6.    Peserta lain diharapkan mengajukan pertanyaan mengenai gambar tersebut. Begitu seterusnya sampai semua kartu peserta terbacakan.
7.    Pelatih melalui pertanyaan-pertanyaan intensif merangsang tiap peserta uantuk bercerita mengenai dirinya sendiri.
8.    Setelah selesai semua untuk perkenalan, pelatih menjelaskan arti permainan tadi kemudian menutup acara.


2.  Pre-test
a.    Pokok bahasan :
1.    Pengetahuan tentang organisasi IPNU, NU (Aswaja) serta organisasi pelajar yang lain.
2.    Pengalaman organisasi :
    Pelatihan yang pernah diikuti
    Organisasi yang pernah diikuti
3.    Keinginan diri:
    Tujuan dan harapan mengikuti Lakmud
    Tujuan dan harapan menjadi anggota IPNU
 b. Tujuan :
1.    Mengetahui sejauh mana pengetahuan dasar peserta tentang IPNU, NU serta organisasi pelajar yang lain.
2.    Mengetahui  keinginan dan harapan peserta dalam mengikuti pelatihan ini
c. Metode :
1. Angket
2. Brainstorming
d. Media:
1.    Kertas Manila (3 warna)
2.    Kertas Plano
3.    Spidol
e. Waktu:
Alokasi waktu 60 menit
f. Proses kegiatan :
1.    Pelatih membagikan 3 kartu warna (merah,  kuning, hijau) yang telah terisi dengan beberapa pertanyaan kepada setiap peserta.
2.    Pelatih memberikan waktu selama 15 menit untuk menyelesaikan  jawaban dimasing-masing kartu.
3.    Setelah semua selesai, Pelatih meminta kepada peserta untuk mengumpulkan semua jawaban kedepan sesuai dengan warna kartu.
4.    Pelatih mengidentifikasi kartu-kartu tersebut sesuai dengan kategorinya masing-masing.
5.    Setelah teridentifikasi berdasarkan kategorinya, Pelatih memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanggapi .
6.    Kegiatan pada point 5 dan 6 dilakukan untuk 3 kertas warna, dimasing-masing kertas warna yang sama.
7.    Pelatih menyimpulkan hasil dari kegiatan tersebut setelah itu menutup acara.

3.   Analisa Diri
a.    Pokok bahasan :
Mengenal diri, atau akan keinginan diri, sadar akan kekurangan dan kelebihan diri dan orang lain serta sadar akan perlunya keterbukaan.

b.    Tujuan :
Agar peserta dapat lebih rendah hati, setiap orang menghargai kekurangan dan kelebihan masing-masing, yang akhirnya menciptakan suasana terbuka diantara semua peserta.
c.    Metode :
1.    Role play
2.    Brainstorming
d.    Media :
1.     Kertas plano dan spidol
2.    OHP
e.    Waktu :
 Alokasi waktu 120 menit
f.    Proses Kegiatan
a.    Pelatih menjelaskan sekilas tentang esensi materi analisa diri.
b.    Selanjutnya pelatih membuka dengan cerita atau contoh kasus seorang yang  mau mengenal diri sendiri dan tidak mengenal diri sendiri. Orang yang mampu mengenal diri sendiri terbuka untuk melihat kelemahan dan kekuatan diri sendiri maupun orang lain.
c.    Hal ini terkait dengan keinginan kita dalam berproses di suatu organisasi. Oleh karena itu selanjutnya pelatih menanyakan kepada peserta apakah kita perlu mengenal diri kita sendiri.
d.    Selanjutnya pelatih mengajak peserta untuk melakukan analisa diri dengan menggunakan “spiral pertumbuhan”.
e.    Dalam penjelasan spiral pertumbuhan ini pelatih menjelaskan tahap demi tahap dengan disertai beberapa contoh kasus.

4.    Kontrak Belajar
a.    Pokok bahasan
1.    Garis besar dan pokok-pokok materi latihan
2.    Kebutuhan serta harapan pribadi dan kelompok tentang pelatihan serta perangkat pelatihan
3.    Jadwal tentatif dan tata tertib latihan
b.    Tujuan
1.    Peserta mampu mengidentifikasi dan merumuskan kebutuhan terhadap materi latihan
2.    Peserta dan pelatih menetapkan kesepatakan bersama tata cara pelaksanaan latihan
c.    Metode
1.    Diskusi
2.    Brainstorming
d.    Media
Papan tulis white board
Spidol dan kertas plano
Flep card
e.    Waktu :
90 menit efektif
f.    Proses kegiatan
1.    Pelatih menjelaskan tentang tujuan dan target lakut secara singkat. Demi terlaksananya pelatihan yang partisipatif maka, partisipasi dan peran aktif seluruh peserta sangat dibutuhkan. Oleh karena itu kesepakatan pelatihan harus dibuat bersama-sama
2.    Pelatih membagi kartu kepada seluruh peserta, kemudian peserta menuliskan harapan dan kebutuhan selama proses pelatihan.
3.    Pelatih mengidentifikasi kartu-kartu peserta sesuai dengan kategorinya dengan cara menempelkan kartu tersebut di papan.
4.    Selanjutnya pelatih dan peserta membahas aturan main tentatif pelatihan
5.    Pelatih menutup acara
5.  Ke-IPNU-an
a.    Pokok Bahasan :
1.    Tinjauan sosiologis dan strategis kelahiran IPNU
2.    Peristiwa-peristiwa dan keputusan penting dari kongres ke kongres
3.    Kebijakan-kebijakan strategis IPNU kedepan
4.    Posisi dan peran IPNU dalam konteks kepelajaran dan konteks kemasyarakatan.
b.     Tujuan :
1.    Mengetahui kelahiran IPNU secara sosiologis dan strategis
2.    Mengetahui perjalanan IPNU dari kongres ke kongres dengan keputusan pentingnnya.
3.    Memahami kebijakan strategis IPNU ke depan
c.    Metode :
1.    Ceramah
2.    Dialog
3.    Brainstorming
d.    Media :
1.    OHP
2.    Kertas plano dan spidol
e.    Waktu :
90 menit
f.    Proses Kegiatan
1.    Pelatih membuka acara, kemudian menjelaskan secara singkat tentang materi yang akan dibahas sesuai dengan pokok bahasan.
2.    Pelatih memperkenalkan nara sumber, selanjutnya pelatih mengadakan warming up (pemanasan) dengan cara memberikan pertanyaan seputar materi sesuai dengan pokok bahasan. Hal ini dilakukan untuk mengukur tingkat pengetahuan peserta terhadap materi yang bersangkutan, sehingga nara sumber dapat mempertajam pemaparan materi sesuai dengan kadar pengetahuan peserta.
3.    Pelatih mempersilahkan kepada nara sumber untuk memaparkan materi, dilanjutkan dengan dialog.
4.    Pelatih mengulas secara garis besar pokok hasil dialog, selanjutnya pelatih mempersilahkan kepada nara sumber meninggalkan ruangan, kemudian diakhiri dengan penutup.
6. Ke-NU-an
a.     Pokok bahasan :
1.    Pengertian mabadi' Khoiru ummah
2.    Pengertian panca gerakan NU
3.    Pengertian khittoh NU
4.    Analisa NU dalam perkembangan/dinamika perjuangan
b.    Tujuan :
1.    Mengerti dan memahami mabadi’ khoiro ummah serta 5 gerakan NU
2.    Mengerti dan memahami khittoh NU serta bagaimana menerapkannya.
c.    Metode :
1.    Ceramah dan tanya jawab
2.    Brainstorming
3.    Diskusi
d.    Media :
1.    OHP
2.    Kertas planodan  spidol
e.    Waktu :
90 menit
f.     Proses kegiatan :
1.    Pelatih membuka acara kemudian memberikan  penjelasan singkat tentang pokok bahasan materi, selanjutnya pelatih mengadakan brainstorming sekitar pokok bahasan materi.
2.    Pelatih membacakan biodata nara sumber, selanjutnya mempersilahkan narasumber  menyampaikan materi di lanjutkan dengan dialog.
3.    Pelatih mengarahkan menuju kesimpulan, kemudian mempersilahka nara sumber meningalkan  ruangan.
4.    Selanjutnya membagi peserta dalam beberapan kelompok diskusi, kemudian dipersilahkan peserta untuk mendiskusikan beberapa pokok masalah yang diberikan oleh pelatih.
5.    Hasil diskusi dipresentasikan di depan forum dipandu pelatih.
6.    Kemudian pelatih mengulas garis besar hasil diskusi yang diakhiri dengan penutup.

7.  ASWAJA
a.     Pokok bahasan :
1.    Pengertian madzhab dan sistem bermadzhab
2.    Pengertian Taqlid, Ittiba', Ijtihad dan istinbath dalam NU.
3.    Memahami karakteristik 4 madzhab pada masalah fiqih
4.    Pandangan aswaja terhadap jihad
b.    Tujuan :
1.    Memahami pengertian madzhab dan sistem bermadzhab
2.    Memahami tentang taqlid, ittiba’, ijtihad dan istinbath dalam NU serta aplikasinya dalam kehidupan
c.    Metode :
1. Ceramah dan tanya jawab
2. Brainstorming
3.    Diskusi
d.    Media :
1.    OHP
2.    Kertas plano dan spidol
e.       Waktu :
      Alokasi waktu 90 menit
f.       Proses kegiatan :
1.    Pelatih membuka acara kemudian memberikan  penjelasan singkat tentang pokok bahasan materi, selanjutnya pelatih mengadakan brainstorming sekitar pokok bahasan materi.
2.    Pelatih membacakan biodata nara sumber, selanjutnya mempersilahkan narasumber  menyampaikan materi di lanjutkan dengan dialog.
3.    Pelatih mengarahkan menuju kesimpulan, kemudian mempersilahka nara sumber meningalkan  ruangan.
4.    Selanjutnya membagi peserta dalam beberapan kelompok diskusi, kemudian dipersilahkan peserta untuk mendiskusikan beberapa pokok masalah yang diberikan oleh pelatih.
5.    Hasil diskusi dipresentasikan di depan forum dipandu pelatih.
6.    Kemudian pelatih mengulas garis besar hasil diskusi yang diakhiri dengan penutup

8. Tradisi Perilaku Keagamaan NU
a.         Pokok bahasan :
1.    Tradisi NU, pengertian dan dasar hukumnya  (tahlil, qunut, diba'iyah, ziarah kubur, haul, tarawih 20  rakaat, adzan 2 dlm jumat, talqin dll)
2.    Fadzilah dan penerapannya
3.    Khilafiyahnya
b.    Tujuan :
Mengerti dan memahami tradisi NU serta dasar hukumnya berikut fadzilah dan penerapannya
c.    Metode :
1.    Ceramah
2.    Dialog
d.    Media :
1.    OHP
2.    Kertas plano dan spidol
e.     Waktu :
Alokasi waktu 90 menit
f.     Proses kegiatan :
1.    Pelatih membuka acara, kemudian menjelaskan secara singkat tentang materi yang akan dibahas sesuai dengan pokok bahasan.
2.    Pelatih memperkenalkan nara sumber, selanjutnya pelatih mengadakan warming up (pemanasan) dengan cara memberikan pertanyaan seputar materi sesuai dengan pokok bahasan. Hal ini dilakukan untuk mengukur tingkat pengetahuan peserta terhadap materi yang bersangkutan, sehingga nara sumber dapat mempertajam pemaparan materi sesuai dengan kadar pengetahuan peserta.
3.    Pelatih mempersilahkan kepada nara sumber untuk memaparkan materi, dilanjutkan dengan dialog.
4.    Pelatih mengulas secara garis besar pokok hasil dialog, selanjutnya pelatih mempersilahkan kepada nara sumber meninggalkan ruangan, kemudian diakhiri dengan penutup

9.    Manajemen Konflik
a.    Pokok bahasan
1.    Pengertian manajemen konflik
2.    Macam/model- model konflik
3.    Tahap-tahap penyelesaian konflik
b.    Tujuan  :
Mengerti dan memahami pengertian konflik, manajemen konflik dan bagaimana  menyelesaikannya.
c.     Metode :
2.    Brainstorming
3.    Study kasus
4.    Ceramah
d.       Media :
1. OHP
2. Kertas plano dan spidol
a.    Waktu
Alokasi waktu 90 menit
b.     Proses Kegiatan :
Pelatih membuka acara dan membagi peserta dalam beberapa kelompok
Pelatih membagikan beberapa kasus pada masing-masing kelompok untuk diselesaikan.
Pelatih memberikan waktu selama 15 menit kepada masing-masing kelompok untuk  menyelesaikan kasus yang diberikan.
Setelah semua selesai, pelatih memberikan kesempatan selama 10 menit pada masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya.
Pelatih menjelaskan hasil dari diskusi kedalam materi pokok bahasan.
Pelatih memandu dialog.
Pelatih menutup sessi.

10.    Manajemen Organisasi
a.    Pokok bahasan :
1.    Pengertian, fungsi dan manfaat manajemen
2.    Manajemen organisasi non profit
3.    Manajemen kepanitiaan
b.    Tujuan :
1.    Mengerti dan memahami fungsi, manfaat dan bentuk-bentuk manajemen
2.    Mengetahui bagaimana memilih dan menerapkan manajemen yang tepat
c.    Metode :
1.    Brainstorming
2.    Diskusi
3.    Ceramah dan dialog
 d.     Media :
1.    OHP
2.    Kertas plano
3.    Spidol
e.     Waktu :
Alokasi waktu 90 menit
f.     Proses kegiatan :
1.    Pelatih membuka acara, kemudian menjelaskan secara singkat tentang materi yang akan dibahas sesuai dengan pokok bahasan.
2.    Pelatih memperkenalkan nara sumber, selanjutnya pelatih mengadakan warming up (pemanasan) dengan cara memberikan pertanyaan seputar materi sesuai dengan pokok bahasan. Hal ini dilakukan untuk mengukur tingkat pengetahuan peserta terhadap materi yang bersangkutan, sehingga nara sumber dapat mempertajam pemaparan materi sesuai dengan kadar pengetahuan peserta.
3.    Pelatih mempersilahkan kepada nara sumber untuk memaparkan materi, dilanjutkan dengan dialog.
4.    Pelatih mengulas secara garis besar pokok hasil dialog, selanjutnya pelatih mempersilahkan kepada nara sumber meninggalkan ruangan, kemudian diakhiri dengan penutup.
11.    Komunikasi
a.    Pokok bahasan :
Pengertian dan tujuan komunikasi
Unsur-unsur komunikasi
Bagaimana menciptakan komunikasi yang efektif
Komunikasi verbal dan non verbal
Etika komunikasi
b.    Tujuan :
1.    Mengerti dan memahami tujuan serta komponen-komponen komunikasi
2.    Mengetahui dan bisa menerapkan bagaimana komunikasi yang baik dan produktif.
c.    Metode :
1.    Ceramah
2.    Brainstorming
3.    Diskusi
d.    Media :
1.    OHP
2.    Kertas plano
3.    Spidol
e.    Waktu
    Waktu 90 menit
f.     Proses Kegiatan
1.    Pelatih menerangkan secara singkat tentang pokok bahasan materi yang dilanjutkan dengan memperkenalkan nara sumber kepada peserta.
2.    Pelatih mengadakan brainstorming dengan cara menyampaikan beberapa pertanyaan yang terkait dengan pokok bahasan, hal ini ditujukan untuk mengukur tingkat pengetahuan peserta pada materi tersebut sebelum pemateri menyampaikan materinya secara utuh. selanjutnya mempersilahkan kepada nara sumber untuk menyampaikan materi, dilanjutkan dengan dialog.
3.    Pelatih mengulas garis besar hasil dialog dan mengarahkan kepada kesimpulan
4.    Pelatih menutup acara.

12.    Kepemimpinan
c.    Pokok bahasan :
1.    Macam-macam leadership
2.    Teori munculnya pemimpin di masyarakat
3.    Pola kepemimpinan efektif
4.    Tipologi kepemimpinan
b.    Tujuan :
1.    Peserta memahami karakteristik sosok dan citra diri seorang pemimpin
2.    Peserta memahami bagaimana peran dan tanggung jawab seorang pemimpin
c.    Metode :
1.    Permainan
2.    Penugasan
3.    Diskusi
d.    Media :
1.    OHP
2.    Kertas plano
3.    Spidol
e.    Waktu :
Alokasi waktu 90 menit
f.    Proses Kegiatan :
1.    Pelatih membuka acara kemudian membagi peserta dalam 4 kelompok
2.    Masing masing kelompok memerankan seorang pemimpin yang otoriter, demokratis, liberal, laizezfaire
3.    Setelah semua selesai, pelatih melontarkan beberapa pertanyaan mengenai materi pokok bahasan yang berhubungan dengan tugas yang telah diperankan
4.    Pelatih memaparkan hasil dari tanya jawab, permainan peran dan materi pokok bahasan.
5.    Pelatih menutup acara

13.    Scientific Problem Solving (SPS)
g.    Pokok bahasan:
1.    Pengertian dan fungsi SPS
2.    Pengertian masalah dan langkah-langkah pemecahan masalah
3.    Konsep dasar pengambilan keputusan
4.    Praktek studi kasus
h.    Tujuan:
1.    Memahami pengertian  dan fungsi SPS
2.    Memahami apa itu masalah, cara menganalisa serta bagaimana langkah-langkah pemecahannya.
3.    Memahami konsep dasar pengambilan keputusan.
i.    Metode:
1.    Study kasus
2.    Curah pendapat
3.    Ceramah
j.    Media :
Kertas plano, spidol
k.    Waktu :
Alokasi waktu 90 menit
l.    Proses kegiatan :
1.    Pelatih membuka acara dan membagi peserta dalam 2 kelompok besar
2.    Pelatih membagikan beberapa kasus pada masing-masing kelompok untuk diselesaikan.
3.    Pelatih memberikan waktu selama 15 menit kepada masing-masing kelompok untuk  menyelesaikan kasus yang diberikan.
4.    Setelah semua selesai, Pelatih memberikan kesempatan selama 10 menit pada masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya.
5.    Pelatih menjelaskan hasil dari diskusi kedalam materi pokok bahasan.
6.    Pelatih memberi kesempatan beberapa pertanyaan.
7.    Pelatih menutup acara.

14.    Kerjasama
m.    Pokok bahasan :
1.    Pengertian dan tujuan kerjasama
2.    Bentuk-bentuk kerjasama
3.    Etika kerjasama
n.    Tujuan :
1.    Memahami pengertian dan tujuan kerjasama
2.    Memahami bentuk-bentuk kerjasama serta etika kerjasama
o.    Metode :
1.    Permainan
2.    Dinamika kelompok
3.    Brainstorming
4.    Diskusi
5.    Simulasi
p.    Media :
1.    Kertas double folio
2.    Lem
3.    kertas plano
4.    spidol
q.    Waktu :
Alokasi waktu 90 menit
r.    Proses kegiatan :
1.    Pelatih membuka acara kemudian menerangkan prosesi permainan
2.    Pelatih membagi kelompok
3.    Setiap kelompok mendapat kertas double folio sebanyak jumlah peserta dalam kelompok itu.
4.    Dalam waktu 15 menit bahan yang telah diberikan harus dibentuk sesuai dengan keinginan kelompok
5.    Ketentuannya produk itu harus setinggi mungkin dan tidak boleh mempergunakan peralatan lain selain yang diberikan.
6.    Ketentuan berikutnya selama bekerja tidak ada yang boleh bicara tapi dapat berkomunikasi dengan gerak-gerik atau bahasa isyarat, mimik dan bunyi-bunyian.
7.    Amati cara kerja kelompok
8.    Pelatih mempersilahkan memulai kerja selama 15 menit
9.    Setelah 15 menit selesai, semua harus berhenti dan masing-masing kelompok meletakkan hasil karyanya ditengah ruangan.
10.    Setiap peerta diberi kesempatan untuk memberikan reaksi atas produk-produk itu, mengungkapkan perasaan dan pendapat secara bergantian
11.    Kemudian Pelatih meminta seluuh peserta membentuk lingkaran besar dengan mengadakan evaluasi
12.    Pelatih menyimpulkan hasil permainan itu dalam pokok bahasan materi
13.    Pelatih menutup acara.
15.    Teknik Diskusi dan Persidangan
a.   Pokok bahasan :
14.    Pengertian, tujuan dan  macam-macam diskusi dan persidangan
15.    Etika diskusi dan persidangan
16.    Perangkat dan teknik diskusi dan persidangan
17.    Teknik menciptakan diskusi dan persidangan yang produktif
b.       Tujuan :
1.    Memahami pengertian, tujuan, macam serta etika diskusi.
2.    memahami perangkat dan teknik persidangan
3.    Memahami bagaimana menciptakan diskusi yang produktif
Metode :
Brainstorming
Diskusi
Role Playing
Praktek diskusi dan sidang
Media :
Kertas plano
Spidol
Waktu :
Alokasi waktu 90 menit
 f.     Proses kegiatan :
1.    Pelatih membuka acara dan menerangkan secara singkat tentang pokok bahasan materi yang dilanjutkan dengan memperkenalkan nara sumber kepada peserta.
2.    Pelatih mengadakan brainstorming dengan cara menyampaikan beberapa pertanyaan yang terkait dengan pokok bahasan, hal ini ditujukan untuk mengukur tingkat pengetahuan peserta pada materi tersebut sebelum pemateri menyampaikan materinya secara utuh. selanjutnya mempersilahkan kepada nara sumber untuk menyampaikan materi, dilanjutkan dengan dialog.
3.    Pelatih mengulas garis besar hasil dialog dan mengarahkan kepada kesimpulan
4.    Selanjutnya untuk memperdalam materi, pelatih mengajak peserta untuk melakukan suatu diskusi kelompok dengan membahas beberapa issue yang disedikan oleh pelatih.
5.    Selama dalam proses diskusi, pelatih memantau dan menilai mulai dari bentuk diskusi, penataan model, jalannya diskusi, partisipasi anggota diskusi dan peranan ketua kelompok diskusi dalam mengendalikan situasi diskusi.
6.    Setelah selesai, Pelatih memberikan ulasan tentang kelebihan dan kekurangan dari masing-masing prosesi diskusi yang telah dipraktekkan oleh masing-masing kelompok.
7.    Selanjutnya pelatih memberikan saran-saran dan diakhiri dengan menutup acara.

16.    Pengantar Studi Gender
s.    Pokok Bahasan :
1.    Pengertian dan tujuan studi gender
2.    Perbedaan sex, gender dan feminisme
3.    Pengertian sex role, gender role, gender stereotype
4.    Bentuk-bentuk ketidakadilan gender
t.    Tujuan :
1.    Mengerti dan memahami gender, sex dan feminisme
2.    Mengetahui aliran-aliran feminisme
u.    Metode :
1.    Brainstorming
2.    Diskusi
3.    Ceramah dan dialog
v.    Media :
1.    OHP
2.    Kertas plano dan spidol
w.    Waktu :
Alokasi waktu 60 menit efektif
x.    Proses kegiatan :
1.    Pelatih membuka acara kemudian memberikan  penjelasan singkat tentang pokok bahasan materi studi gender.
2.    Pelatih membacakan biodata narasumber,  selanjutnya mempersilahkan narasumber menyampaikan materi.
3.    Pelatih memandu dialog atau curah pendapat.
4.    Pelatih menyimpulkan materi studi gender dan hasil dialog, kemudian mempersilahka nara sumber meningalkan  ruangan.
5.    Pelatih memandu diskusi tentang pendalaman materi, sebelum itu Pelatih membagi peserta dalam 4 kelompok.
6.    Pelatih memandu merumuskan hasil diskusi  kelompok dengan metode curah pendapat yang ditulis pada papan plano.
7.    Pelatih menutup acara

17.    Studi Problematika Pendidikan di Indonesia
y.    Pokok bahasan :
1.    Komponen-komponen pendidikan (peserta didik, pendidik,materi, metode, tujuan)
2.    Sistem pendidikan nasional
3.    Problematik pendidikan di Indonesia
z.    Tujuan :
1.    Memahami komponen-komponen pendidikan
2.    Memahami system pendidikan nasional
aa.    Metode :
1.    Brainstorming
2.    Ceramah dan dialog
bb.    Media :
1.    OHP
2.    Kertas plano dan spidol
cc.    Waktu :
Alokasi waktu 60 menit efektif
dd.    Proses kegiatan :
1.    Pelatih membuka acara dan menerangkan secara singkat tentang pokok bahasan materi yang dilanjutkan dengan memperkenalkan nara sumber kepada peserta.
2.    Pelatih mengadakan brainstorming dengan cara menyampaikan beberapa pertanyaan yang terkait dengan pokok bahasan, hal ini ditujukan untuk mengukur tingkat pengetahuan peserta pada materi tersebut sebelum pemateri menyampaikan materinya secara utuh. selanjutnya mempersilahkan kepada nara sumber untuk menyampaikan materi, dilanjutkan dengan dialog.
3.    Selesai dialog, pelatih mengulas secara garis besar hasil dialog dan mengarahkan pada kesimpulan.
4.    Pelatih memberikan saran-saran dan dilanjutkan dengan menutup acara.

18.     Evaluasi
a.   Pokok bahasan
5.    Review dan evaluasi akhir penyelenggaraan latihan
6.    Post test

b.    Tujuan
1.     Mampu mengorganisir dan mengungkapkan kembali pengalaman latihan peserta sejak awal sampai akhir pelatihan, sehingga mengetahui kelebihan dan kekurangan selama latihan berlangsung.
2.     Mampu memberikan umpan balik dan kritikan terhadap proses pelaksanaan latihan ini serta saran-saran mereka untuk perbaikan pelaksanaan latihan di masa yang akan datang
c.   Metode
1.    Angket
2.    Kuesioner
d.      Media
1.    Papan tulis white board dan spidolnya
2.    Kertas plano dan spidolnya
3.    Formulir isian evaluasi dan soal-soal post test
e.     Waktu
90 menit efektif
f.     Proses kegiatan
1.    Pelatih membuka acara, kemudian memberikan penjelasan singkat tentang evaluasi pelatihan dan tujuannya.
2.    Pelatih membagi peserta ke dalam beberapa kelompok diskusi, kemudian masing-masing kelompok merumuskan beberapa kekurangan dan kelebihan dari masing-masing sessi yang berkaitan dengan prosesi pelatihan, misalnya infrastruktur pelatihan, materi, pelatih, metoda, nara sumber, peserta, suasana, sistem kelekatan dll.
3.    Hasil diskusi di tuangkan dalam kertas plano kemudian dipresentasikan oleh masing-masing kelompok.
4.    Pelatih memandu untuk mengidentifikasi masing-masing permasalahan, sehingga menjadi entry point bagi peserta di dalam menyelenggarakan pelatihan berikutnya.
5.    Selanjutnya pelatih menyimpulkan secara garis besar hasil diskusi.
6.    Untuk melihat daya serap materi pelatihan selama proses pelatihan, maka pelatih memberikan post test kepada peserta.
7.    Diakhiri dengan penutupan acara.

19.    Rencana Tindak Lanjut
a.   Pokok bahasan
1.   Rencana tindak lanjut latihan
2.    Rumusan strategi tindak lanjut untuk pengembangan kemampuan peserta
b.     Tujuan
1.     Menyadari pentingnya suatu tindak lanjut latihan sebagai bentuk perwujudan dari pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang diperolehnya selama latihan
2.    Mampu menyusun suatu rencana tindak lanjut tentatif yang dapat dan mungkin dilaksanakannya pasca latihan pelatih
c.     Metode
1.    Angket
2.    Diskusi
d.     Media
1.     Papan tulis white board dan spidolnya
2.    Kertas plano dan spidolnya
3.    Lembar rancangan kegiatan pasca latihan
e.     Waktu
120 menit efektif
f.     Proses kegiatan
1.    Pelatih membuka acara, kemudian memberikan penjelasan singkat tentang rencana tindak lanjut sebagai bentuk peningkatan pengalaman bagi pelatih yang akan terjun memandu latihan di wilayahnya
2.    Agar hasil rencana tindak lanjut tepat sasaran, maka sebaiknya rencana tindak lanjut di buat forum segitiga yakni peserta, pelatih, dan pimpinan struktural yang bersangkutan.
3.    Selanjutnya forum diserahkan kepada pimpinan struktural yang bersangkutan untuk bersama-sama melakukan rancangan kegiatan lanjutan bagi peserta latihan.
4.    Hasil pembahasan tersebut kemudian dituangkan dalam plano dan menjadi ketetapan kegiatan yang harus dilaksanakan
5.    Pelatih memberikan penegasan secara garis besar atas hasil perumusan rencana tindak lanjut, kemudian diakhiri dengan penutupan acara oleh pelatih.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More